Medan, Triknews.co-Wakil Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara (Sumut), Mutsyuhito Solin dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menerima Anugerah Pendidikan Indonesia Ikatan Guru Indonesia 2022 (API IGI 2022). Penghargaan ini diberikan oleh Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI) kepada 37 orang tokoh pendidikan, pejabat publik, politisi, agamawan dan tokoh masyarakat se Indonesia yang berkontribusi besar kepada dunia pendidikan. Penghargaan diberikan pada Kamis, 15 September 2022 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta. Mutsyuhito menjadi satu-satunya kepala daerah dari Sumut yang menerima API IGI di tahun 2022. “Kami mengusulkan Bapak Mutsyuhito Solin karena komitmen nyata beliau untuk mendukung guru menyelenggarakanpembelajaran di masa pandemi COVID-19,” terang Ketua IGI Wilayah Sumut Dewi Sri Indriati Kusuma di Medan, Minggu (18/9).
Lebih lanjut Dewi mengatakan, pandemi COVID-19 telah memberikan tantangan berat kepada guru. Seiring penutupan sekolah, guru dituntut mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara efektif. Kegagalan dalam menjalankan PJJ berdampak kepada hilangnya kemampuan belajar siswa (learning loss). Guru perlu dilatih dan didampingi agar mampu menghadapi situasi darurat ini. “Selama masa pandemi, Bapak Mutsyuhito dan IGI bekerja sama melatih guru-guru Pakpak Bharat untuk menyusun materi dan menjalankan strategi PJJ baik secara daring dan tatap muka,” tambahnya.
Ketua IGI Daerah Pakpak Bharat Nurlaila Solin mengatakan tantangan PJJ di Pakpak Bharat jauh lebih kompleks dibandingkan daerah lain di Sumut. Hal itu disebabkan kondisi alam Pakpak Barat yang bergunung, dan memiliki keterbatasan infrastruktur seperti minimnya akses kepada listrik dan internet. Akibatnya hanya 25-30 persen siswa Pakpak Bharat yang bisa mengikuti PJJ secara daring. Sisanya harus belajar di luar jaringan (luring). Guru harus mendatangi rumah orangtua siswa satu persatu agar anak-anak ini bisa ikut belajar. “Situasi seperti ini tidak pernah dihadapi guru-guru Pakpak Bharat sebelumnya, sehingga wajar sekali kalau mereka kebingungan di awal-awal pandemi. Disinilah pentingnya pelatihan dan pendampingan diberikan kepada guru. Hanya dengan adanya pelatihan dan pendampingan, guru mampu menjalankan PJJ sesuai kondisi Pakpak Bharat,” tuturnya.
Secara terpisah dihubungi melalui saluran telepon, Mutsyuhito mengatakan keberhasilan belajar siswa dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh guru dan siswa itu sendiri. Mengutip studi yang dilakukan Profesor John Hattie dari University of Auckland (2014), Ia menyebut peran dan kualitas guru berkontribusi sebesar 30 persen kepada prestasi belajar siswa. Sedangkan 49 persen dari keberhasilan siswa dipengaruhi oleh karakter siswa itu sendiri. Sekolah, rumah, dan lingkungan hanya berkontribusi masing-masing 7 persen. “Artinya semakin baik mutu guru kita, maka akan semakin baik pula mutu lulusan pendidikan kita,” terangnya.
Lebih lanjut Mutsyuhito mengatakan, kualitas guru akan terjaga jika diberikan pelatihan dan pendampingan secara terus menerus. Terlebih pada masa pandemi COVID-19, dimana pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara konvensional maka guru harus dilatih menghadapi situasi baru ini. Guru jangan dibiarkan sendirian menghadapi masalah PJJ. ”Pemerintah daerah harus hadir untuk membantu guru mencari jalan keluar,” tegasnya.
Mutsyuhito mengakui pelatihan guru membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Namun Ia mengatakan, keterbatasan anggaran pemda tidak seharusnya membatasi jumlah dan durasi pelatihan kepada guru. Tidak semua pelatihan guru harus diorganisir dan ditanggung sepenuhnya oleh pemda. Pemda bisa berkolaborasi dengan organisasi profesi guru, organisasi mitra pembangunan, dan swasta dalam menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan. “Pemda tinggal menjadi jembatan agar organisasi-organisasi ini bisa bekerja sama dengan guru-guru kita di daerah. Hal ini yang kami lakukan di Pakpak Bharat. Kami bekerja sama dengan IGI untuk membantu guru menjalankan PJJ,” tukasnya.
Mutsyuhito lebih lanjut mengatakan, kolaborasi untuk pelatihan guru tidak hanya dibutuhkan di masa awal-awal pandemi saja. Di saat angka penyebaran COVID-19 mulai melandai, kolaborasi juga dibutuhkan untuk mendukung pemulihan pembelajaran. Penutupan sekolah yang berkepanjangan telah menyebabkan learning loss. “Kolaborasi harus dilakukan agar angka learning loss tidak semakin besar dan membawa dampak ekonomi serta sosial di masa depan,” tambahnya.
Mutsyuhito mengatakan untuk memulihkan kemampuan belajar siswa akibat learning loss, pemda harus mempersiapkan guru agar mampu mengarahkan pembelajaran kepada empat hal berikut:
Pertama, kembali melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) sesegera mungkin begitu situasi memungkinkan. PTM harus dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat, agar proses pemulihan pembelajaran melalui PTM bisa berjalan dalam jangka waktu panjang.
Kedua, melakukan asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif kepada siswa. Asesmen kognitif bertujuan untuk menilai level kompetensi siswa saat kembali ke sekolah. Asesmen kognitif akan membantu guru menemukan tingkat kehilangan pengetahuan dan keterampilan yang dialami siswa. Sedangkan asesmen non-kognitif dilakukan untuk melihat kesiapan siswa mengikuti proses pemulihan. Asesmen ini dapat membantu guru untuk melihat potensi yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa seperti kemampuan orangtua, alat-alat belajar yang bisa digunakan, dan dukungan orang-orang sekitar yang bisa digunakan untuk membantu proses pemulihan kemampuan siswa.
Ketiga, menggunakan hasil asesmen untuk melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi atau teaching at the right level. Seiring beragamnya level kemampuan siswa saat kembali ke sekolah, maka guru hanya merancang materi dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Hanya dengan menggunakan pembelajaran terdiferensiasi, kemampuan siswa bisa dipulihkan. Tanpa pembelajaran terdiferensiasi maka kegiatan PTM tidak akan seutuhnya mampu memulihkan kemampuan belajar siswa yang sudah sempat hilang. Kesimpulan ini telah dibuktikan melalui perhitungan matematis oleh Michelle Kaffenberger dari Universitas Oxford, Inggris, lewat penelitian berjudul Modelling the long-run learning impact of the Covid-19 learning shock: Actions to (more than) mitigate loss (2021).
Keempat, memfokuskan PTM pada materi belajar yang esensial yaitu literasi dan numerasi. Kedua keterampilan ini merupakan fondasi belajar. Memperbaiki kemampuan literasi dan numerasi, akan memberikan siswa bekal untuk belajar lebih baik pada level pendidikan selanjutnya. Fokus pembelajaran seperti ini yang didorong Kemdikbudristek melalui implementasi kurikulum merdeka.
Studi Bank Dunia berjudul Rewrite the Future: How Indonesia’s Education System Can Overcome The Losses From the Covid-19 Pandemic and Raise Learning Outcomes For All (2021) memperkirakan penurunan hasil pembelajaran siswa Indonesia akibat pandemi COVID-19 mencapai 0,9 sampai 1,2 tahun pembelajaran. Padahal, sebelum pandemi saja, lama bersekolah siswa Indonesia hanya rata-rata 12,4 tahun (setara kelas 3 SMA/SMK) dengan rata-rata kemampuan belajar sebesar 7,8 tahun pembelajaran (setara kelas 2 SMP). Akibat pandemi, kemampuan belajar siswa Indonesia mengalami penurunan menjadi setara antara kelas 6 SD sampai kelas 1 SMP. (Uba/Ril)