Medan, Triknews.co,- Lima wartawan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau akan menerima anugerah Pers Card Number One (PCNO) dalam acara puncak Hari Pers dan HUT Ke-77 PWI yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 9 Februari 2023 di Medan, Sumatra Utara (Sumut).
Ketua PWI Riau H Zulmansyah Sekedang menyampaikan rasa terima kasihnya atas apresiasi yang diberikan PWI Pusat terhadap dedikasi wartawan di Riau dengan memilih 5 orang dari beberapa orang yang diusulkan untuk mendapatkan PCNO tersebut.
“Saya sangat berterima kasih atas apresiasi yang diberikan oleh Ketua PWI Pusat terhadap dedikasi wartawan yang bergabung di PWI Riau, sehingga terpilih lima orang mendapat PCNO di HPN 2023 tahun ini,” jelas Zulmansyah.
Lima wartawan yang terpilih adalah Hotman Simanjuntak, Ahmad Zulkani, Deslina, Hary B Kori’un, dan Dasmun Ahmad.
Hotman Simanjuntak, pria kelahiran Sibolga, 7 januari 1951 ini mengawali karir wartawannya sejak tahun 1973, di Pusat Penerangan (Puspen) ABRI Jakarta yang ditugaskan di Pekanbaru. Di tahun 1977-1981, dia ditunjuk sebagai Kepala Perwakilan Harian Semangat Kodsam III/17 Agustus terbitan Padang di Riau.
Pendiri dan penanggung jawab PT Radio Mona Ria FM Pekanbaru ini memiliki rekam jejak sebagai wartawan cukup panjang. Lebih 40 berbagai jenis piagam penghargaan dan plakat diterimanya, baik mengikuti loka karya, seminar, hingga lomba karya tulis. Bahkan pemegang kartu PWI seumur hidup ini masih mengabdikan dirinya sebagai wartawan dan anggota Dewan penasehat PWI Riau saat ini.
Kemudian, Hary B Kori’un menjadi wartawan termuda dari lima wartawan Riau yang mendapatkan PCNO tahun ini. Dia lahir di Pati (Jawa Tengah) 48 tahun lalu, kemudian mengikuti keluarganya pindah ke Rimbo Bujang, Jambi, dan hidup di sana sampai lulus SMA. Tahun 1992 dia menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang.
Karir jurnalistiknya diawali 1992 saat bekerja sebagai wartawan dan kolumnis di Harian Singgalang (Padang). Selama di padang, Hary juga bekerja untuk Tabloid Tribun Olahraga (1994), dan Majalah TIRAS (1996-1998) sambil tetap bekerja untuk Singgalang. Setelah lulus kuliah dia pindah ke Jakarta dan bekerja untuk beberapa media, termasuk Gema Olahraga (GO). Di awal tahun 2000, dia pindah ke Pekanbaru sebagai koresponden GO.
Setelah itu, dia ditawari menjadi redaktur di Pekanbaru Pos sebelum kemudian diminta oleh CEO Riau Pos Group ketika itu, Rida K Liamsi, untuk menerbitkan Mingguan Olahraga PENALTI bersama Mafirion dan Yurmalis Khatib.
Awal 2004 Hary ditarik ke Riau Pos dan menduduki beberapa jabatan seperti Wakil Pemimpin Redaksi Riau Pos, Pemimpin Redaksi Riaupos.co, dan kini dia menjadi Redaktur Pelaksana Riau Pos yang bertanggung jawab di edisi Ahad.
Hary banyak mendapat penghargaan karya jurnalistik, memberikan pelatihan jurnalistik di berbagai lembaga, menjadi editor beberapa buku tentang jurnalistik, dan menulis buku jurnalisme sastrawi berjudul Ke Sabu Kita ke Raijua. Buku tersebut ditulis setelah melakukan tugas residensi selama sebulan dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Kabupaten Sabu Raijua pada 2019.
Di bidang sastra, Hary sudah menerbitkan 7 novel, dua kumpulan cerpen, dan karya-karyanya sastranya dimuat di berbagai koran nasional seperti Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia.
“Saya berterima kasih atas anugerah PCNO ini, semoga membuat saya terus berkarya dan berdedikasi di bidang jurnalistik,” ujar Hary.
Sementara itu, satu-satunya perempuan yang mendapat anugrah PCNO adalah Deslina yang merupakan Pemimpin Redaksi Pekanbaruexpress.com. Deslina mengawali karir jurnalistiknya sebagai wartawati olahraga di Harian Haluan Padang (Sumbar) tahun 1989-1991. Akhir 1991, dia merantau ke Riau dan bekerja di Riau Pos. Di sana, dia 9 tahun menjadi wartawan olahraga, mulai dari redaktur hingga assisten koordinator liputan Olahraga.
Berbagai penugasan liputan dari tingkat daerah, wilayah, nasional maupun ASEAN pernah dilakukannya dalam karir sebagai wartawan olahraga, baik saat di Haluan maupun di Riau Pos.
“Jadi wartawan olahraga era saya dulu agak capek. Saya sempat menyerah karena harus meliput dari pagi hingga tengah malam. Kondisi ini berat, ketika sudah berumah tangga dan menjadi seorang ibu,” ujar mantan Ketua Siwo PWI Riau 1993-1998, yang juga Wakil Humas PWI Riau periode saat ini.
Dedikasinya sebagai wartawan dibarengi juga kinerjanya mengelar berbagai iven olahraga, salah satunya, iven basket antar SMA 3 On 3, kolaborasi antara Siwo PWI Riau-Pengda Perbasi Riau dan PT Sampoerna di tahun 1993 hingga 1997. Lalu pemberian anugerah kepada atlet olahraga, pelatih dan pembina olahraga yang dinilai berprestasi. Deslina pernah mendapatkan dua kali PWI Riau Award atas pengabdiannya selama 20 dan 25 Tahun.
“Saya gila kerja saja, tanpa memikirkan target prestasi. Terpenting, saya berbuat semaksimal mungkin saat diberi tanggung jawab,” jelas perempuan yang menghabiskan waktunya 31 tahun bergabung di Riau Pos, dan pensiun awal Desember 2022 lalu tersebut.
Kemudian, Ahmad Zulkani, berkarir 25 tahun sebagai Wartawan Harian Kompas, salah satu koran beroplah besar di Tanah Air dengan daerah penugasan di Padang (Sumbar), Lampung, Jakarta, Bengkulu, Palembang (Sumsel), dan sebagai Kepala Biro Kompas Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) tahun 2003-2004 di Medan membawahi Provinsi Sumut, Sumbar, Riau, Kepulauan Riau dan Aceh.
Selama bertugas sebagai Wartawan Kompas pernah melakukan liputan jurnalistik di London (Inggris), Korea Selatan, Liputan Haji 2002 sekaligus menunaikan ibadah haji, dan liputan di beberapa negara Asia Tenggara.
Setelah purna tugas sebagai di Kompas, Ahmad Zulkani juga sempat tercatat beberapa tahun sebagai Pemimpin Redaksi Haluan Riau merangkap Pemred Haluan Kepri di Batam dan setelah itu sebagai Pemred Harian Berita Terkini Pekanbaru, Pemred Harian Radar Riau, Pemred Harian Vokal Pekanbaru dan kini sebagai Owner dan Pemred Harian Amanah News dan AmanahNews.com
Ahmad Zulkani mengawali profesi wartawan era 1980-an sebagai Wartawan Harian Semangat di Padang merangkap Koordinator Koran Masuk Desa (KMD) untuk wilayah Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung. Sampai saat ini Bang Zul sudah 43 tahun setia menjalani profesi wartawan tanpa terputus, dan tercatat sejak 1982 sebagai anggota PWI.
Sementara itu, Dasmun Ahmad mengawali karir wartawannya sebagai reporter di Mingguan Genta tahun 1994. Saat magang Dasmun ditempatkan di Indragiri Hulu (Inhu). Hingga saat ini, Dasmun tetap bertahan menetap di Rengat, ibu kota Inhu, walaupun sudah memutuskan bergabung di Harian Metro Riau sejak 2004.
Banyak hal yang dialami selama menjadi wartawan. Di antaranya pernah didemo masyarakat satu kampung di DPRD Inhu terkait pemberitaan sengketa masyarakat dengan perusahaan. Selanjutnya juga masyarakat mendesak pihak kepolisian untuk menangkap dia.
“Karena berita yang saya buat berimbang tidak ada celah hukum untuk memenuhi keinginan masyarakat. Hal ini merupakan suatu kenangan indah dalam hidup saya yang pernah buat berita mendapat respon besar dari masyarakat,” jelas Dasmun.
Selanjutnya selama jadi wartawan pernah mendapat ancaman pembunuhan dari pimpinan salah satu lembaga. Serta banyak lagi hal yang menarik dan membuat betah menjadi wartawan termasuk juga pernah disidang Dewan Pers karena pemberitaan. (MS/Rls)