BerandaEducationOrmas Kesukuan dan Marga: PPTSB dan PMS Visioner dan Protected di Era...

Ormas Kesukuan dan Marga: PPTSB dan PMS Visioner dan Protected di Era Global 

Author

Date

Category

Oleh: Dr. Rudi Salam Sinaga, S.sos, MS.i

Dewan Pakar DPP PPTSB

Ketua DPP PMS

Dewan Pakar Parsadaan Pomparan Toga Sinaga (PPTSB-Indonesia) sekaligus ketua bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Marga Silima (PMS Indonesia) Dr. Rudi Salam Sinaga bere Sembiring menyoroti implementasi nilai keadilan sosial dan arah trend dunia pendidikan global sebagai agenda prioritas pada 2 organisasi kemasyarakatan berbasis kesukuan.

Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohott Boru (PPTSB) Indonesia dan Pemuda Marga Silima-Indonesia (PMS) masing masing merupakan ormas Marga yang memiliki keanggotaan lebih dari 1,5 juta jiwa pada Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang terus bergerak untuk memvalidasikan jumlah keanggotaan secara digital dan manual pada area Provinsi lainnya secara nasional.

Kualitas generasi penerus Marga atau Suku selain bergantung pada pendidikan internal keluarga turut dipengaruhi oleh pendidikan formal yang didapatkan pada Lembaga Pendidikan Nasional maupun internasional.

Kondisi ekonomi setiap keluarga yang berbeda beda, membuat kedua ormas ini merespon untuk berkolaborasi dengan beberapa Institusi Lembaga Pendidikan (ILP) Swasta, Nasional serta Internasional yang memberikan tarif biaya pendidikan terjangkau serta muatan kurikulum kearifan lokal.

Pendidikan untuk membentuk karakter kepribadian bermutu tidak selalu diidentikan dengan ketersediaan teknologi yang super canggih dan ruangan kelas bertaraf VIP. Hal yang terpenting adalah generasi penerus mampu berpengetahuan luas dan dapat membedakan hal yang benar dan salah.

Kemudian mampu bersuara untuk hal yang benar dan memiliki rasa malu melakukan hal yang salah. Banyak tokoh Filsuf terkenal di masa lalu tidak tumbuh dari suasana modern dengan kecanggihan teknologi. Ini hanya soal kemauan diri seseorang dan improvisasi ilmu yang tinggi di forum sana sini.

“Tantangan dari ancaman bahaya narkoba, keuangan dan rasa malas  dimasa lalu dan masa kini sebagai tantangan yang sama bagi generasi penerus di setiap masa,” ujar Dr. Rudi Sinaga.

Di tempat terpisah, pengamat Sosial Budaya dari Universitas Sumatera Utara Jekmen Sinulingga memberikan pandangan bahwa Nilai dan Norma setiap suku menjadi benteng penangkal dari pengaruh Gobal, walau sulit terbendung.

Local wisdoms setiap suku menjadi filter untuk mempertahankan diri pada era global ini. Sampai saat ini organisasi bernuasa suku/etnisitas tetap berusaha mempertahankan dirinya dan memang masih mampu menjawab seluruh kebutuhan dan tantangannya.

Dr. Rudi Sinaga menyatakan bahwa ormas kesukuan ini tidak akan menghindari modernisasi, namun kami perlu melakukan filterisasi terhadap dampak modernisasi diberbagai bidang kehidupan dampak modernisasi terhadap pergeseran budaya, perilaku dan pola pikir bagi generasi penerus menjadi prioritas pperhatian khusus

“Karena kami ada dan tumbuh berkembang hanya untuk memelihara generasi penerus dalam mendukung program negara,” katanya

Dalam pandangan Dr. Rudi Sinaga dampak yang sangat besar atas perubahan perilaku generasi muda menurutnya berasal dari pengaruh konten media sosial yang ada didalam handphone atau smartphone.

Langkah pertama yaitu membatasi generasi muda di internal kamu dalam penggunaan smartphone sejak dari usia anak-anak hingga usia dewasa. Usia produktif untuk belajar harus di manfaatkan secara maksimal. Permainan tradisional kami kampanyekan sebagai sarana bermain memupuk ketangkasan dan kebersamaan.

Usaha mempersiapkan generasi muda belajar berbahasa asing seperti Inggris, Rusia, Mandarin dan Arab sebagai suplemen pendukung. 

Disela kesibukan Dr. Robert Tua Siregar pengurus Batak Center Sumut dan juga pengurus Parsadaan Pomparan Raja Lontung Provinsi Sumut mengutarakan bahwa Organisasi kesukuan berisi pada potensi generasi Muda sehingga sangat berperan kepada keberlanjutan pembangunan karakter dan pelestarian budaya yg berbasis suku.  Untuk itu, penguatan kelembagaan organisasi kesukuan sangat signifikan dalam mengahadapi era global hari ini

Pandangan lainnya yang memiliki persepsi yang sama mengenai peran Ormas kesukuan disampaikan oleh pakar sosial politik Universitas Negeri Semarang (UNNES) Dr. Puji Lestari. Melalui wawancara via WhatsApp dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara multikultural.

Identitas kesukuan perlu menguat sebagai dasar bernegara melalui Organisasi-organisasi masyarakat adat misalnya Komunitas masyarakat adat dan kelompok kesukuan. Apalagi saat ini pada Era global membawa masyarakat dalam arena terbuka tanpa sekat. Satu hal yang mengancam adalah menghilangnya identitas kelompok yang seharusnya memperkaya budaya, karakter dan kearifan lokal.

Menurut Dr. Puji banyak Putra-Putri Sumatera Utara memiliki gagasan dan kemauan berbuat untuk kemajuan masa depan generasi muda dengan menjunjung tinggi adab dan nilai budaya.

Salah satunya, Dr Rudi Salam Sinaga merupakan salah satu tokoh Visioner Provinsi Dumatera Utara yang konsen pada Sosial dan Politik dengan pergaulan jejaring diberbagai sektor luas dalam Indonesia hingga luar negeri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Linda Barbara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum imperdiet massa at dignissim gravida. Vivamus vestibulum odio eget eros accumsan, ut dignissim sapien gravida. Vivamus eu sem vitae dui.

Recent comments

- Advertisement -spot_img