Medan,triknews.co—Pasca Bom Bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Densus 88 Anti Teror bersama Team Gabungan Polda Sumut dan Polrestabes telah berhasil mengamankan 26 tersangka jaringan teroris..
Kepada awak media, Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto SH MH mengatakan dari hasil pemeriksaan, perkembangan terbaru 26 tersangka teroris masuk dalam jaringan ISIS.
“ Tiga orang tersangka berhasil diamankan dari daerah Belawan pada Senin siang. Ketiga orang yang diamankan itu yakni C yang bertugas sebagai bendahara jaringan ini, serta B dan HI yang diduga sebagai perakit bom.” lanjut Orang no satu di Mapolda Sumut.
Untuk C sendiri, sambung Kapolda, diamankan setelah diserahkan kepala lingkungan setempat kepada polisi. Kemudian B dan HI merupakan dua orang yang sempat janjian ketemu dengan tiga pelaku yang kemarin melakukan perlawanan sehingga terjadi baku tembak dengan petugas sehingga satu petugas terluka dan dua pelaku tewas.
” B dan HI ini memiliki kemampuan merakit bom,” tambahnya.
Dari 26 tersangka teroris Yang telah diamankan Densus 88 lima diantara nya adalah perempuan.
“ Lima perempuan,kata Agus, diamankan di Mako Brimob Polda Sumut, sementara sisanya dititipkan di ruang tahanan Polda Sumut. “ jelas Kapolda Sumut itu.
Dijelaskan Jendral Bintang dua Itu, para tersangka teroris sebagian besar tak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tidak hafal Pancasila serta hanya diam ketika ditanya apakah mereka cinta Indonesia.
Saat ini, polisi masih terus melakukan pengembangan terhadap jaringan yang diketahui telah beberapa kali melakukan pelatihan di Kabupaten Tanah Karo itu dan densus akan menelusuri aliran uang masuk dan keluar.
Menurut Agus, Kelompok teroris ini cukup profesional, pasalnya mereka masing-masing memiliki peran berbeda, mulai dari perekrut, perakit bom, bendahara dan eksekutor dan Guru spiritual pelaku diduga kuat sebagai perekrut yang kemudian dipaparkan paham radikal melalui pengajian-pengajian eksklusif dan tertutup.
Dari data yang diterima, dari beberapa tersangka teroris yang berhasil diamankan terdeteksi pernah mengunjungi dan berkomunikasi dengan narapidana teroris (napiter) yang mendekam di lapas-lapas di Sumut.
Namun, yang menjadi kendala menurut Kapolda, Polda Sumut beserta Densus 88 tak bisa menindak sebelum para pelaku beraksi.
“Kalau mereka tak beraksi, kami juga tidak bisa melakukan penindakan. Hanya, setelah mereka melakukan aksi, kami beserta Densus 88 bertindak dan mendalaminya dan ternyata, mereka memiliki jaringan yang cukup besar,” pungkasnya.(Agung)