Medan,Triknews–Orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di berbagai fasilitas umum untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari, yang sering juga disebut tuna wisma ini identik dengan kemiskinan, sehingga bertambahnya populasi mereka dapat menjadi indikator bertambahnya keluarga miskin.
Guna menanggapi hal itu, untuk peduli terhadap para tuna wisma, tak harus dinilai seberapa kaya dan seberapa mampunya seseorang. Namun, banyak cara untuk berbuat baik terhadap sesama. Salah satunya seperti yang dilakukan Komunitas Jurnalis dan Masyarakat (KJM).
Komunitas yang terbentuk di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara tersebut, memiliki tujuan mulia. Dikatakan demikian, sebelumnya KJM membantu anak panti asuhan. Namun kali ini, Komunitas Jurnalis dan Masyarakat menggandeng aktivis pendidikan dan Forum Masyarakat Medan (Formed) untuk menyambangi para gelandangan, anak jalanan, dan orang lanjut usia (lansia) yang banyak ditemui di pinggiran jalan Kota Medan, Sabtu (7/3/2020) malam sekira pukul 21.30 Wib.
Nah, aksi kemanusiaan serta sosial itu merupakan agenda rutin Komunitas Jurnalis dan Masyarakat yang dilakukan pada setiap minggunya.
Ketua Komunitas Jurnalis dan Masyarakat, Ridwan Fahlevi bersama Pembina Bernard Marpaung, Sekretaris Syafwir Yuwendri dan Koordinator Bidang Kemanusiaan dan Sosial Imanuddin Siregar, dirinya menuturkan tujuan dibentuknya komunitas tersebut yakni, kolaborasi antara Jurnalis dan seluruh elemen masyarakat yang bertujuan untuk kemanusiaan dan segala kegiatan sosial.
“Komunitas Jurnalis dan Masyarakat bersama aktivis pendidikan dan juga Formed malam ini menyambangi sekaligus bersosialisasi kepada para gelandangan untuk menerima aspirasi dan keluh kesah mereka,” tuturnya.
Menurut Ridwan, kedepannya pihaknya bersama aktivis pendidikan dan Formed akan mencari solusi yang terbaik untuk para gelandangan tersebut.
“Bersama aktivis pendidikan dan Formed, kami berharap kepada instansi pemerintah, swasta dan instansi terkait lainnya agar lebih memperhatikan nasib masyarakat tuna wisma,” sebutnya.
Sementara itu, Penasehat Komunitas Jurnalis dan Masyarakat, H. Martono, S.Pd.I., mengucapkan terima kasih kepada aktivis pendidikan atas partisipasinya dalam kegiatan ini.
“Atas nama KJM dan juga Formed kami mengucapkan terima kasih kepada aktivis pendidikan ibu Fitriani Manurung. Untuk kedepannya hubungan antara KJM dengan Formed kepada ibu Fitriani Manurung bisa lebih baik lagi,” ucap Martono.
Tokoh agama yang sering disapa Ustadz Martono ini berharap, kedepannya kepada Calon Wali Kota Medan yang terpilih nantinya agar lebih memperhatikan nasib para gelandangan ini.
“Dalam Undang-undang Dasar 1945 sudah jelas mereka ini dipelihara oleh Negara, tapi kenyataannya kami lihat sangat sedih melihat kondisi para gelandangan ini,” sebutnya.
Di kesempatan yang sama, Aktivis Pendidikan Hj.Fitriani Manurung, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa dirinya bersama Formed dan KJM sudah melihat langsung banyaknya gelandangan yang sudah lanjut usia dan mereka yang berada di tempat tersebut sudah tidak mampu bekerja disebabkan adanya penyakit yang diderita para gelandangan tersebut.
“Ayo kita sama-sama kita mencari solusi masa depan mereka berikutnya, setidaknya tempat tinggal para gelandangan, dan bersama kita kasih pekerjaan supaya mereka mencari nafkah bukan dengan cara sebagai pengemis,” kata Fitriani.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan yang dilaksanakan tersebut masih mendata dan menerima aspirasi para tuna wisma. Hal itu menurut Fitriani, sebagai langkah awal kegiatan berikutnya dalam kepedulian terhadap para gelandangan.
“Berikutnya kami akan bertemu lagi dengan mereka dan memberikan solusi,” jelas Fitriani Manurung.
Lebih lanjut, Ketua Forum Masyarakat Medan (Formed) Drs.Pelindung kaban menerangkan, dalam kegiatan ini KJM dan Formed menggandeng langsung aktivis pendidikan Hj.Fitriani Manurung untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.
“Jadi hari ini KJM dan Formed menggiring ibu Hj.Fitriani Manurung ke pinggiran jalan untuk melihat langsung keadaan yang dirasakan sebagian masyarakat Kota Medan khususnya para gelandangan,” terangnya.
Atas keprihatinan tersebut, dia merasa ada hal yang harus ditunaikan agar para tuna wisma bisa sedikit merasakan kenyamanan dalam hidup mereka.
“Kedepannya, melalui KJM dan kita harapkan kepada ibu Fitriani Manurung bisa menampung aspirasi masyarakat Kota Medan. Kalau memang ada anak-anak putus sekolah disebabkan ketidakmampuan ekonomi, kemungkinan besar ibu Fitriani Manurung akan mengupayakan dengan berbagai cara agar anak-anak tersebut kembali sekolah,” tandas Pelindung kaban.
Disela-sela kegiatan, Pembina Komunitas Jurnalis dan Masyarakat Bernard Marpaung menilai, jika aksi berbagi ini dilakukan secara bersama-sama, dampak yang dilakukan pun sungguh lebih efektif dan waktunya pun juga lebih efisien.
“Tentunya kami sangat membutuhkan sumber daya dan waktu yang banyak, agar aksi tersebut bisa sering dilakukan,” ujar Bernard.
Untuk diketahui, Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa “fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
Sedangkan di Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 mengatakan “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Ketentuan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 34 amandemen pertama sampai amandemen keempat masing-masing tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002 semakin dilengkapi dengan beberapa norma sebagai berikut: (a) Ayat (2) Pasal 28 B: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, (b) Pasal 28 H: (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia bermartabat.
Namun faktanya, sampai saat ini kesejahteraan sosial atau masyarakat ini masih sekedar konsep yang sulit terwujud, di mana masih banyak ditemukan anak terlantar, gelandangan, pengemis, terutama di kota-kota seakan sebagai penghias jalan, pertokoan dan berbagai tempat lainnya, termasuk di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan.(surya atm)