(Foto ilustrasi)
Medan, Triknews.co-Hari Valentine 14 Februari 2022 menjadi momentum kasih sayang bagi Guntur Sinaga terhadap Maria yang ditinggal sang ibu untuk selamanya. Sang ayah memperjuangan putrinya yang jadi sandera pihak mertua. Terpaksa membuat laporan di Polda Sumut dengan dugaan pasal Tindak Pidana mencabut orang yang belum dewasa dari kuasa yang sah.
GUNTUR Sinaga, 39 Tahun, penduduk Kesawan Medan, tidak menyangka jika rumah tangganya berakhir kelana. Kepergian sang istrinya tercinta menemui Tuhannya di Sorga, menguak ‘keserekahan’ mertua yang berupaya menggulung asset mereka dengan modus menjadikan putrinya Maria bagai sandera alias jaminan untuk tukar-guling .
Sinaga menceritakan prahara yang menyelemuti kehidupannya sejak 30 September 2021. Istrinya Boru Simbolon yang tengah hamil delapan bulan harus dilarikan ke rumah sakit. Akibat virus Covid-19 yang dideritanya, Boru Simbolon harus ‘dibedah’ sebagai langkah penyelamatan anaknya yang kedua. Bayi preumateur itu dia beri nama Maria.
“Ya… Maria Sinaga, nama yang diambil dari penggalan nama mendiang istri saya. Maria harus berpisah dengan ibundanya ketika masih berusia empat hari,” sebut Sinaga.
Boru Simbolon akhirnya harus meninggalkan si bayi Covid-19, yang saat itu bertaruh nyawa di incubator menjalani proses prokes Covid-19 hingga dinyatakan bayi kuning, yang menjadi kisah kepergian ibunya.
Mulai Aneh
Sinaga tak berdaya, serasa hidup di dunia hampa. Tapi dia masih ingat berdoa, agar almarhum istrinya pergi dalam keadaan tenang, dan kesehatan Maria semakin baik.
4 Oktober saat kepergian istrinya, gelagat pihak mertuanya mulai aneh dan bagai di luar aslinya. “Saya paham betul dengan mertua saya, karena sejak perkawinanku dengan putri mereka, kami tinggal serumah,” kata Sinaga.
Jenazah harus terkulai rela di Rumahsakit, menunggu kedatangan pihak mertua dari rumah, yang katanya sedang mencari-cari pakaian yang akan digunakan almarhumah ke makamnya.
Sesaat dokter menyatakan Maria telah melewati tahapan bayi kuning, Sinaga pun mengajak orangtuanya untuk mendampinginya pamitan kepada mertua. “Karena saya rasa sudah tak pantas lagi untuk tinggal di rumah mertua setelah kepergian istri saya untuk selamanya,” ungkap Sinaga.
Saat itu, situasi semua berubah. “Isi lemari perhiasan kami sudah berubah. Semua yang kami punya, uang dan surat-surat berharga dan sejumlah bukti kepemilikan mereka sandera. Ya.., termasuk Maria,” ujarnya.
Membungkus Harta
Bukan hanya ayah dan ibu mertua, lae-lae saya juga kerap bersikap patentengan merasa bagai menguasai semua kebijakan keluarganya. “Ya… mungkin mereka tersinggung karena saya pamitan, yang merasa janggal untuk tetap tinggal serumah dengan mertua. Atau memang mereka merasa lebih berkuasa terhadap Maria, atau hanya sekadar menjadikannya sandera untuk membungkus harta kami yang pernah ada selama perkawinan. Mungkin Tuhan lebih tahu,” katanya.
Kasus ini telah dibicarakan di internal penatua adat. Bahkan pelaksanaan musyawarah bersama keluarga di hadapan penatua adat sudah dirancang dan ditetapkan harinya, akhirnya gagal, karena dibatalkan sepihak oleh mertua.
Duka keluarga ternyata belum berakhir. “Nopember 2021, ibu mertua menyusul putrinya di Sorga. Rumah mertua terpaksa dikosongkan, karena Covid-19 yang terus menyerang. Sedangkan Maria dibawa keluarga lae (tulangnya) ke kediaman mereka.
Kesehatan Maria sempat terganggu masa itu. “Perang mulut antara saya dengan tulangnya Maria semakin memanas. Mereka merasa lebih berkuasa dan lebih perhatian ketimbang saya sebagai ayah kandungnya yang berjuang memberikan pelayanan kesehatan terbaik buat Maria,” kisah Sinaga (Bersambung)