Serdang Bedagai, Triknews.co-Sejak dimekarkan menjadi Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai),Program pengentasan kemiskinan yang di lakukan Pemerintah Kabupaten Sergai masih terus bergulir namun masih juga belum maksimal. Sementara Kabupaten Sergai sudah memasuki usia hampir 18 tahun.
Dimasa pandemi Covid-19 masyarakat merasa semakin sulit apalagi saat ini sedang berlangsung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), berbasis Mikro.
Walaupun banyak nya bantuan yang di realisasikan Pemerintah Pusat maupun provinsi,dan Daerah bagi masyarakat terdampak Covid-19, akan tetapi masih saja masyarakat yang belum tersentuh rata khususnya masyarakat Sergai.
Hal ini seperti yang di ungkapkan salah satu warga Tanah Bertuah Negeri Beradat.
Pitriani (37) warga Desa Sialang Buah bertempat tinggal tak jauh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), di Dusun II Desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara.
Ia mengaku dirinya tak pernah mendapat kan bantuan apa pun,dari program Pemerintah, maupun Donatur.ucapnya Selasa (3/8) di Desa Sialang Buah Kabupaten Sergai,
Pantauan awak media,Rabu (4/8/2021), Sore di lokasi.
Tampak Sebuah Rumah berdinding tepas bambu dan beratapkan rumbia dengan kondisinya atap berlubang lubang sehingga tembus langit
Pitriani didampingi suami dan 2 anaknya mengaku, kepada PAB indonesia.co,id
sebelumnya, dia dan suami pernah tinggal di Dusun III Desa Sialang Buah, menempati rumah gubuk di tanah orang tua. Dan rumah yang ditempatinya juga terbuat dari tiang bambu, serta batang kelapa dan beratapkan rumbia dengan ukuran 4 X5. Namun rumah itu pun saat ini sudah hancur di makan usia dan rata dengan tanah.
Karena suami saya hanya seorang nelayan pencari kerang sambungnya,kami pun tak mampu untuk memperbaiki rumah tersebut, sehingga saya dan suami memutuskan pindah dekat pesisir pantai, agar suami dekat bila ingin melaut mencari kerang.
” 6 tahun yang lalu di dirikan rumah yang saat ini kami tempati. Sekarang ini, rumah ini sudah mulai rapuh dan atapnya hancur sehingga bila hujan turun air pun tembus langsung ke lantai. Belum lagi lanjutnya, kebutuhan semakin meningkat ekonomi pun sulit di masa pandemi Covid-19. Apalagi, suami saya hanya seorang nelayan kecil pencari kerang,” bilangnya.
Pitriani pun mengatakan,kalau penghasilan suaminya sebagai nelayan pencari kerang tak cukup untuk makan sehari-hari
oleh karena itu, ia pun terpaksa membanting tulang mencari upah dengan mengupas kerang di dekat tempat tinggalnya agar anak anaknya dapat mengenyam pendidikan melanjutkan sekolah.
Selain itu, ungkap ibu yang akrab di panggil Pitri, tak pernah mendapat bantuan apa pun dimasa pandemi covid-19 ini dan dirinya, sekeluarga tak mempunyai BPJS, Kesehatan.
” Anak saya ada 2 orang yang pertama seorang laki-laki dan saat ini duduk di bangku SMA dan yang kedua seorang perempuan yang sedang duduk di bangku SD. Karena itu saya memohon perhatian pemerintah apa lagi di masa sulit ini,” ujarnya.
Ibu Pitri pun berharap dan sangat merindukan bisa memiliki rumah tempat tinggal di tanah miliknya sendiri sehingga tak lagi kawatir bila terjadi penggusuran di tanah Pemda.
Terkait adanya program bantuan rumah layak huni dari Pemerintah maupun dari Donatur, ia pun berdoa bisa mendapatkan perhatian pemerintah dan donatur.
” Saya hanya mendengar dan melihat banyaknya bantuan pemerintah yang disalurkan, baik bantuan Program pembangunan rumah layak huni dari Pemerintah Pusat maupun Kabupaten, dan Desa untuk masyarakat.Tapi, saya sangat berharap mendapatkan bantuan rumah program Pemerintah maupun dari donatur untuk tempat tinggal kami. “Semoga Allah dapat mengabulkan Doa impian kami sekeluarga memiliki Rumah Layak Huni,” Amin ucapnya dengan sedih.(Bambang)