Binjai,TrikNews.Co–Seorang Dokter bedah plastik yang bertugas di RSU Djoelham Binjai membatalkan operasi terhadap pasiennya lantaran diketahui pasien ada denda sebesar Rp 100.000.
Selain itu,seorang dokter yang diketahui bernama Taufik sempat terjadi cek cok terhadap orangtua pasien dan menentang orangtua pasien untuk berkelahi.Atas kejadian tersebut membuat Organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tercoreng.
Kejadian ini berawal saat Febrina Humaira Br Surbakti, anak Sidarta Surbakti menjalankan perawatan di RSU Djoelham Binjai. Beberapa hari dirawat, akhirnya, Kamis (23/1/20) pihak rumah sakit akan melakukan operasi Accuplast pada pasien.
Namun, saat berada diruang operasi, tiba-tiba dokter Taufik menolak untuk mengoperasi pasien dengan alasan kalau BPJS yang digunakan pasien untuk berobat masih ada tunggakan sebesar Rp 108.000.
“Ini belum bisa dioperasi, karena ada tunggakan BPJS nya. Kami takut BPJS tidak menerima klaim kami karena tunggakan itu,” kata Sidarta menirukan perkataan sang dokter.
Dijelaskannya, masalah tunggakan BPJS tersebut sebelumnya tidak diketahui, sebab selama ini dirinya tidak pernah menunggak pembayaran tersebut. “Aku tidak pernah menunggak. Tapi kenapa saat mengurus administrasi operasi anak ku, dokter bilang aku nunggak. Apa sebenarnya tugas dan fungsi dokter, ngurusi administrasi BPJS atau memberikan pelayanan pengobatan,” ujarnya kesal.
Kekesalan Sidarta Surbakti kembali memuncak saat dokter Taufik menantang dirinya untuk berkelahi. “Saat itu aku emosi dan marah. Saat itu juga dokter arogan yang seharusnya berjiwa manusiawi menantang aku untuk berkelahi,” pungkas Sidarta Surbakti yang juga Ketua DPD Lembaga Wartawan Indonesia SUMUT.
Akibat kearogan sang dokter, perawatan operasi bibir anak Sidarta Surbakti tidak jadi dilaksanakan. “Orang tua mana yang tidak kesal saat anaknya sudah berada diruangan untuk menjalani operasi, ternyata tidak jadi dengan alasan menunggak iuran BPJS. Karena setau saya, masalah BPJS bukan urusan dokter,” katanya.
Selain itu, masih katanya, sejak dirawat pada Selasa lalu hingga saat ini, pihak rumah sakit tidak ada memberikan pelayanan medis kepada anaknya. “Tiga hari dirawat disana, tidak ada pelayanan medis yang diberikan pihak rumah sakit Djoelham Binjai kepada anak saya. Seakan-akan anak saya hanya numpang tidur dibuat mereka,” pungkasnya.
Dia berharap kepada pemerintah Kota Binjai, Kementerian Kesehatan untuk meninjau kembali kinerja rumah sakit Djoelham Binjai yang dinilai tidak profesional dan mengutamakan materi dari pada pelayanan terhadap pasien.
Sementara itu, dr. Taufik ketika akan dikonfirmasi terkait hal ini enggan menemui wartawan dengan alasan sedang sibuk menjalankan tugas.
(Tutnipz/Bambang)