BerandaUncategorizedRapat Pembentukan Pengurus PPRL Propinsi Sumut Berlangsung Sukses, Cp. Nainggolan Terpilih...

Rapat Pembentukan Pengurus PPRL Propinsi Sumut Berlangsung Sukses, Cp. Nainggolan Terpilih Sebagai Ketua DPW

Author

Date

Category

Medan, TrikNews.co-Rapat pembentukan susunan pengurus Parsadaan Pomparan Raja Lontung (PPRL) DPW Propinsi Sumatera digelar di Hotel Antares, Rabu (09/05/2021) sore sekira pukul 15.00 WIB  dan dihadiri kurang lebih 30 orang peserta perwakilan marga keturunan si Raja Lontung dari berbagai profesi.

Acara yang dipandu oleh CP. Nainggolan,  Rustam Efendi  Siregar dan Manganar Situmorang ini dibuka dengan doa yang dibawakan oleh pdt. Manahan Nainggolan dan dilanjutkan dengan perkenalan diri dari semua peserta yang dirangkai dengan sesi tanya jawab.

Tampak oleh triknews.co asas demokrasi begitu terlihat pada acara yang menerapkan protokol kesehatan ini dimana, seluruh peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan-masukan maupun tanggapan untuk kemajuan PPRL kedepannya.

Dalam rapat, CP. Nainggolan memaparkan visi dan misi organisasi kedepannya yang mengacu pada AD/RT organisasi untuk menyatukan pomparan Si Raja Lottung dalam satu wadah yang bernama Parsadaan Pomparan Raja Lottung (PPRL).

Seusai coffee break CP menyampaikan susunan kepengurusan terdiri  dari 9 orang, 7 marga keturunan Raja Lontung ditambah 2 dari boru yakni Sihombing Simamora.

Adapun susunan pengurus yang telah terbentuk :

Ketua DPW Sumut CP. Nainggolan (terpilih secara aklamasi),

Ketua 1. Jontinus Sinaga

Ketua 2. Jonson Situmorang

Ketua 3. Paraduan Pakpahan

Ketua 4. Ropinus Nainggolan

Ketua 5. Franky Simatupang

Ketua 6. Roma Simare-Mare

Ketua 7. Berry Siregar

Ketua 8. Sihombing/ Simamora

Sementara untuk jabatan sekretaris dipegang oleh:

Sekretaris     Binsar M Simatupang, SE, MM

Sekretaris 1. Sri Parmen Siregar

Sekretaris 2. Maha Rajagukguk

Sekretaris 3. Pandiangan

Sekretaris 4. Bukti Nainggolan

Sekretaris 5. Maniur Rumapea

Sekretaris 6. Parulian Sinaga

Sekretaris 7. Mina Simatupang

Sekretaris 8. Sihombing/Simamora

Sementara itu sebagai bendahara dipercayakan kepada:

Bendahara  Nurlinda Simanjorang

Bendahara 1. Pdt. Manahan Nainggolan

Bendahara 2. Arni Siringo-Ringo

Untuk selanjutnya, pengurus yang sudah terpilih sepakat akan mengadakan rapat untuk memantapkan serta menyusun program-program PPRL kedepannya dengam melibatkan seuruh peserta yang hadir sebagai pengurus.

Dari seluruh rangkaian acara yang ditutup sekira pukil 18.00 WIB berjalan tertib, aman sukses dan penuh rasa kekeluargaan dan ditutup dengan sesi foto bersama.(Arendy Sinaga)

Sekelumit Kisah si Raja Lontung

Guru Tatea Bulan memiliki putri, yang salah satu namanya adalah Boru Pareme. Saribu Raja dan Siborupareme adalah anak kembar. Sejak kecil keduanya sangat dekat dan terlihat tidak layaknya seperti saudara kandung (Namariboto). Diam-diam keduanya jatuh cinta dan melakukan asusila. Malang tidak bisa ditolak, tanpa sepengetahuan Siraja Batak kedua insan ini melanggar adat, mencoreng nama keluarga penghulu Sianjur mulamula. Keduanya tak mampu menahan diri mereka, keduanya bercinta disaksikan alam Pusuk Buhit.
Yang bau tetaplah bau, semua kesalahan mereka tidak bisa dibendung, Akhirnya Siboruparemepun hamil. Oleh karena itu, Siraja Batak, sang penguasa Sianjur mulamula marah. Perbuatan yang dianggap biadab itu harus diganjal hukuman dengan membunuh keduanya: Akhirnya adik kandung dari Saribu Raja berencana untuk membunuh kakaknya, karena melanggar uhum kuno yang sudah dijejakkan oleh Debata Mula Jadi Nabolon, bahwa yang sedarah tidak bisa menikah. Akan tetapi, membunuh Saribu Raja bukanlah urusan mudah. Selain karena mereka masih terikat oleh hubungan darah, kedigdayaan Saribu Raja juga perlu diperhitungkan. Sementara mereka menyusun cara untuk melakukan pembunuhan tersebut, rencana itu dibocorkan oleh anak bungsu Lauraja. Pembocoran rencana ini sempat mengakibatkan hubungan ketiga bersaudara ini menjadi renggang. Saribu Raja sadar akan kesalahannya, akhirnya satu-satunya jalan ialah melarikan diri dan menjauh dari amarah saudara-saudaranya tersebut. Saribu raja lari meninggalkan Sianjur mula-mula dan pergi menuju arah Barus, sementara Siboru Pareme yang dengan hamil tua laria ke tengah hutan belantara Sianjur mulamula.
Di tengah hutan, si Boru pareme bertemu dengan seekor harimau (Babiat), penguasa hutan belantara tersebut. Harimau ini disebut dengan Babiat Sitelpang. Sangharimau mendekati boru pareme. Siboru Paremepun ketakutan, namun karena kondisi yang sedang hamil tua dan lemah, Boru Pareme pun pasrah akan nasibnya.  Sang harimau makin dekat, entah itulah yg disebut takdir, ternyata sang harimau datang bukanlah untuk memangsa. Sang harimau perlahanlahan membuka mulutnya sambil menunjukkan tulang-belulang yang sangkut di kerongkongannya pada boru pareme. Siborupareme mengerti benar maksud si harimau. Siborupareme pun tak takut lagi memasukkan tangannya ke dalam mulut harimau untuk menarik tulang tersebut, yang sejak dua hari lalu sudah membuat dia tersiksa. Kali ini nasib Siborupareme mujur, bukan air susu dibalas air tuba,  Babiat Sitelpang pun menjadi penolong bagi Boru Pareme sampai dia melahirkan, dan lahirlah Raja Lottung. Di hutan belantara itulah, dari kecil sampai dewasa, Siraja Lontung dibesarkan alam yang keras, dilatih menaklukkan hutan oleh ibunda Siborupareme dan Babiat Sitelpang yang menjadi sahabatnya.
Setelah dewasa, Siraja Lontung ingin mencari pasangan hidup. Dia ingin mencari pariban-nya, putri dari Pamanya (putri dari Saudara laki-laki ibunya), untuk dijadikan istri, atau parsinonduk bolon. Boru Pareme takut menunjukkan keberadaan dari keluarga yang sebenarnya yang pernah diusir oleh Ibotonya. Akhirnya si Boru Pareme mencari akal, dia menyuruh anaknya si Raja Lottung ke sebuah permandian, yang sekarang dikenal dengan Aek sipitu dai (tujuh rasa), (dulu tempat pemandian boru pareme). Boru Pareme memberi arahan pada anaknya: “Anakku, pergilah ke pemandian yang ada di sana, tempat putri pamanmu mandi. Carilah yang mirip seperti mamakmu ini, tegurlah dia, sampaikanlah pesanku ini lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinaya (sambil memberikan cincinya). Bila cincin ini cocok di jarinya, itulah paribanmu boru dari pamanmu, lalu ajak dan bawa lah dia ke sini”. Begitulah pesan dari si boru pareme.
Maka berangkatlah Siraja Lontung menuju ke Aek Sipitudai tersebut. Namun tanpa sepengetahuan Siraja Lontung, ibunya pun langsung pergi mendahului Siraja Lotung ke Aek Sipitudai dengan melintasi jalan lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Sipitudai tersebut dan mandi-mandi menunggu datangnya Siraja Lontung yang kini sudah menjadi pria dewasa. Sampai di pancuran Aek Sipitudai, Siraja Lontung sontak heran melihat gadis persis seperti ibunya. Siraja Lontung mendekati perempuan yang sedang mandi itu. Ditemuinyalah perempuan tersebut dan ditegurnya, seperti pesan ibunya Siborupareme, Perempuan yang sedang mandi itu (tidak lain adalah ibu kandung si Raja Lottung sendiri), Si Boru Pareme memang terlihat cantik dan tidak terlihat seperti ibu-ibu. Demikianlah yang dilakukannya. Semuanya cocok denga apa yang diisyaratkan oleh ibunya sebelumnya. Lalu, dipasangkanlah cincin yang dibawanya pada tangan perempuan itu. Perempuan itu lantas dia bawa lah perempuan itu dan dijadikannya menjadi istri.
Begitulah Silsilah si Boru Pareme yang telah menikah dengan saudaranya sendiri (ibotonya) dan selanjutnya dengan terpaksa harus dinikahi oleh anaknya sendiri Si Raja Lottung.
Konon, hasil dari perkawinan mereka lahirlah anak-anak dari si Raja Lottung yang dikenal dengan “LOTTUNG SI SIA SADA INA
Lottung si Sia Sada Ina, memiliki pengertian yang sangat mendalam, yaitu sembilan (sia) orang ber ibukan (marinahon) si Boru Pareme , (Sia Sada Ina / Sembilan Satu Ibu). Kesembilan orang yg dimaksud yg menjadi anak dari si Boru Pareme itu adalah:  terdiri dari delapan orang (7 putra dan 1 putri = 8 orang) anak dari si Boru Pareme dari suaminya si Raja Lottung , ditambah si Raja Lottung itu sendiri yang juga anaknya dari suaminya Saribu Raja (ibotonya), semuanya menjadi sembilan orang ber ibukan  si boru pareme. Ketujuh putra dari si Raja Lottung tersebut adalah:
1. Toga Sinaga
2. Tuan Situmorang,
3. Toga Pandiangan,
4. Toga Nainggolan,
5. Simatupang,
6. Aritonang
7. Siregar.
Putri dari Si Raja Lottung, pernah kawin 2 (dua) kali, yang pertama sama marga Sihombing dan disebut dengan si Boru Anak Pandan, dan kemudian kawin lagi dengan marga Simamora, dan disebut dengan si Boru Panggabean
Versi lain:
Lottung si Sia Sada Ina diartikan sederhana oleh beberapa orang, yang memaknai bahwa 9 (sembilan) anak dari si Raja Lottung dan si Boru Pareme, yang terdiri dari 7 (tujuh) putra dan 2 (dua) putri
Kedua putri dari si Raja Lottung dan Boru pareme yg dimaksud adalah:
1.    Si Boru Anak Pandan ( tu marga Sihombing )
2.    Si Boru Panggabean ( tu marga Simamora )

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Linda Barbara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum imperdiet massa at dignissim gravida. Vivamus vestibulum odio eget eros accumsan, ut dignissim sapien gravida. Vivamus eu sem vitae dui.

Recent comments

- Advertisement -spot_img