Pekanbaru TrikNews.co -Dunia pers sedang menghadapi banyak tantangan saat ini. Selain serangan pandemi corona yang menghancurkan banyak bidang, dunia pers juga dihantam serangan berita bohong akibat informasi yang tak jelas di media sosial, menurunnya minat baca media mainstream akibat internet, dan masih banyak lagi.
Kondisi ini disadari oleh para wartawan dan pengelola media untuk mengembalikan kepercayaan publik. Salah satunya adalah dengan menyiarkan informasi yang akurat, terverifikasi dengan maksimal, dan didukung oleh data yang benar dan valid.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua PWI Riau yang membidangi pendidikan, Hary B Koriun, ketika berbicara di depan para peserta Workshop Literasi Media dan Jurnalisme Data di Hotel Pangeran, Pekanbaru, Sabtu (27/3/2021).
“Media atau pers harus menyajikan informasi yang kontrukstif, valid, terverifikasi dengan benar, didukung oleh data yang kuat, yang bisa meyakinkan masyarakat. Jika tidak, pers akan semakin terpuruk di tengah gelombang informasi media sosial dan hoaks,” jelas Hary.
Menurutnya, jika media massa mengikuti arus informasi dari media sosial yang kadang tak jelas asalnya, dari narasumber yang tidak berkompeten, kebenarannya diragukan, dan tidak didukung oleh data yang kuat, maka pelan tapi pasti akan semakin ditinggalkan masyarakat.
“Apa yang dikatakan Bill Kovach tentang informasi yang blur (tidak jelas, red), yang seolah semua orang bisa jadi wartawan, sedang terjadi saat ini. Menyikapi ini, media dan wartawan harus bisa meyakinkan masyarakat bahwa mereka masih bisa dipercaya dan harus mati-matian melawan informasi tak jelas atau berita bohong (hoaks, red) tersebut,” jelas wartawan yang baru saja meluncurkan buku Kumpulan Cerpen Tambang Nanah tersebut.
Mewakili PWI Riau, Hary mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Demi Masa Institute ini. Menurutnya, pelatihan tentang jurnalisme data baru pertama kali ini diselenggarakan di Riau. Dan ini akan banyak membantu wartawan agar bisa membuat laporan yang meyakinkan masyarakat tersebut dengan data-data valid yang ditampilkan dalam berita.
“Atas nama PWI Riau, saya mengapresiasi kegiatan ini. Semakin banyak pelatihan seperti ini, akan sangat membantu wartawan dalam memahami pekerjaannya sebagai wakil dari masyarakat. Salah satu melawan hoaks adalah menyampaikan berita dengan data yang valid,” jelas lelaki yang juga pernah menjabat Ketua Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) PWI Riau tersebut.
Di bagian lain, Elvi Rahma dari Demi Masa Institute mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari dedikasi dirinya yang mendapatkan beasiswa untuk mengikuti TechCamp Malaysia 2020 di Penang Institute, Malaysia, tahun 2020 lalu.
Acara ini merupakan program alumni yang didanai oleh TechCamp Malaysia 2020 dan didukung oleh Penang Institute dan US Embassy Kuala Lumpur.
Dijelaskan Elvi, ada dua kegiatan yang telah berjalan sebelumnya yaitu Workshop Jurnalistik untuk Mahasiswa: Tangkis Hoaks Pilkada, dan siaran langsung di TVRI Riau acara Kita dan Data di Dunia Digital.
“Setelah kegiatan tersebut, saya diberi dana oleh mereka untuk membantu mengembangkan genre jurnalisme data ini di Riau dan Indonesia,” jelas alumni salah satu universitas telekomunikasi di Bandung tersebut.
Program ini dilaksanakan dengan niat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan saat mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik di luar negeri termasuk di antaranya TechCamp Malaysia 2020. Dengan mengikuti workshop ini diharapkan para peserta dapat meningkatkan kemampuan jurnalistiknya di bidang jurnalisme data.
“Para peserta dapat langsung mempraktikkan materi yang disampaikan oleh para intrukstur. Ada Aribowo Sasmito yang merupakan Co-Founder dan Fact-Check Spesialist Mafindo dan juga ada Aghnia Adzkia dari East Asia Data Journalist BBC,” kata Elvi.
Pengarah Eksekutif Penang Institute, Dato’ Dr Ooi Kee Beng, dalam sambutannya lewat Zoom Meeting menyampaikan bahwa para jurnalis dalah garis depan dalam perang melawan informasi yang salah dan berita palsu ini.
Karenanya, harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan literasi media dan internet yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas.
“Upaya untuk melawan infodemik tidak hanya dilakukan oleh para profesional media, tetapi juga harus fokus pada pendidikan masyarakat agar lebih kritis dan cerdas terhadap informasi yang mereka konsumsi serta melakukan sosialisasi lebih tinggi tingkat literasi media, yang secara umum, melibatkan praktik yang memungkinkan orang mengakses, secara kritis mengevaluasi, dan membuat media,” jelasnya.(Rilis/MS)