TrikNews.Co – Sejarah Indonesia, Romo yang pernah “menyerahkan” kepalanya pada tentara Jepang saat gereja keuskupan Semarang akan diambil alih mereka dengan mengatakan….
” Ini adalah tempat yang suci. Saya tidak akan memberi ijin. Penggal dulu kepala saya maka tuan baru boleh memakai nya!”…..
Saat Bung Karno ditahan Belanda di Prapat dan Bangka dari bulan Desember 1948 sampai dengan Juli 1949, jarang ada yang tahu bahwa Romo Soegijapranata lah yang mengurus rumah serta makanan sehari-hari bagi Ibu Fatmawati serta anak-anaknya.
Pada tanggal 22 Juli 1963, Bung Karno masih tertidur ketika ia dibangunkan ajudannya untuk menyampaikan berita mengejutkan bahwa sahabatnya telah berpulang…
Dalam perjalanan menuju sidang kedua Konsili Vatican, Uskup Soegijapranata meninggal dunia di Steyl, Belanda, dalam usia 66 tahun.
Mendengar berita itu, Bung Karno lalu memerintahkan untuk membawa jenazah sang Uskup pulang ke Indonesia. Padahal sebuah tempat di Vatikan sudah disiapkan untuk makam Uskup pribumi pertama dari Indonesia ini, tapi Bung Karno tetap ngotot meminta agar makam sang Romo harus kembali ke Tanah Airnya.
Pada tanggal 26 Juli 1963, saat pesawat yang membawa sang Uskup masih dalam perjalanan ke Indonesia, Bung Karno menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk Albertus Soegijapranata.
Jenazah sang Uskup akhirnya tiba di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1963, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang, dua hari kemudian.
Diantara makam-makam yang sederhana dengan bentuk yang hampir sama, berdirilah makam yang berbeda. Bung Karno menyumbang uangnya sendiri sebesar Rp 1.000.000,- untuk membangun sebuah makam peringatan di atas bukit kecil. Pada batu nisan tertera riwayat hidupnya dan juga lambang bintang Pancasila. Pada keempat tiangnya tertera tempaan besi keempat lambang Pancasila lainnya.
Sebuah pengenang untuk pernyataannya yang terkenal: 100 % Indonesia dan 100 % Katolik. (Opini/Joe)