Dumai, Dumai– Masih dalam bulan 1 Syawal 1444 Hijiriah / 2023 Masehi, Keluarga Besar Rang Caniago (KBRC) Kota Dumai adakan acara Halalbihalal yang bertemakan “Bakumpua Basuo… Manjalin Nan Taurai Jo Hati Nan Suci”.
Diacara ini turut di undang ,Ketua Bundo kanduang dan jajaran, Niniak mamak Rang Caniago, Ketua Ikatan Keluarga Minang, Ketua suku Koto, Ketua suku Piliang, Ketua suku Jambak. Acara di laksanakan di Jalan Tegalega di Cafe Icip-icip Dumai.
Ketua Niniak Mamak Rang Caniago H.Afrizal menyampaikan, “Mudah-mudahan Keluarga Besar Rang Caniago tetap kompak bersatu, walaupun kita indak badunsanak tapi kito samo-samo Rang Minang terkhusus Rang Caniago tetap Kito jago kekompakan Kito ,agar silahturahmi Kito badunsanak tetap terjago,”ucap Mamak Rang Caniago.
Ketua Ikatan Keluarga Minang Riau yang diwakili oleh Ketua Ikatan Pemuda Minang Riau Rudi Junaidi menyampaikan , “Mohon Maaf Lahir dan Batin untuk semua keluarga Besar Rang Caniago (KBRC), semoga di acara ini apa yang selama ini kita niatkan mudah-mudahan tercapai,” ucapnya dalam kata sambutannya.
Ketua suku Koto Hasrizal (Anggota Dewan Dumai) juga menyampaikan sambutanya , “Mari sama-sama kita jaga suku kita termasuk suku Caniago ini dan mari kita tanamkan ke anak-anak kita suku yang di pakainya, walaupun suku berbeda namun kita Rang Minang tetap satu,” ujar Hasrizal dalam sambutanya.
Ketua suku Sikumbang H.Iwan juga menyampaikan beberapa patah kata, “Semua suku Minang di Kota Dumai kita sama yaitu sama-sama Rang Minang karna itu kalau dapat kita sama-sama kompak dan jangan saling menjatuhkan dan mari kita sama-sama rapatkan barisan untuk kemajuan Rang Minang Kedepannya dan sampai ke anak cucu kita,”tegasnya H.Iwan dalam sambutannya.
Suku Chaniago adalah klan (marga) asal yang diturunkan oleh Datuk Parpatih Nan SabaTang yang merupakan salah satu suku/marga induk etnis Minangkabau selain Koto, Piliang dan Bodi.
Sejarahnya, Suku Chaniago adalah suku di Minang memiliki falsafah hidup demokratis, yaitu dengan menjunjung tinggi falsafah “Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan” artinya: “Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat”. Dengan demikian pada masyarakat suku Chaniago semua keputusan yang akan diambil untuk suatu kepentingan harus melalui suatu proses musyawarah untuk mufakat.
Acara ini diawali dengan makan bersama dan diakhiri dengan bincang-bincang santai bersama sambil menyantap makanan yang sudah disediakan.
(Diana)