Jakarta, triknews. co– Yayasan Wage Rudolf Soepratman (WR Soepratman) menggelar Halal Bihalal 1444 H. Acara tersebut diadakan untuk mempererat tali persaudaraan Keluarga Besar Djumeno Senen Sastro Soehardjo yang merupakan ayah kandung WR Soepratman. Mereka merupakan ahli waris dari WR Soepratman. Hampir seluruh keturunan dari keluarga adik dan kakak WR Soepratman hadir, seperti disampaikan oleh Ketua Umum Yayasan WR Soepratman Budi Harry saat diwawancarai pada Rabu (3/5/2023).
Seperti dikatakan oleh Budi Harry, Yayasan WR Soepratman menggelar halal bihalal pada Minggu (30/4/2023) di sebuah rumah makan di Bintaro, Jakarta. Tujuannya untuk mempererat dan memupuk persaudaraan agar tetap terjaga dan lestari.
“Beberapa tamu undangan dan tamu kehormatan masing-masing sangat memberikan apresiasinya, bahkan sangat bersyukur atas terbentuknya Yayasan WR Soepratman. Dimana tidak akan pernah ada lagi berita simpang siur gak jelas sumbernya. Ya, kami ini keluarga ahli waris WR Soepratman,” kata Budi Harry.
Budi Harry menegaskan, lagu Indonesia Raya karya WR Soepratman telah mendapatkan perlakuan oleh konstitusi. Sudah ada aturannya dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang ketentuan dan tata cara menyanyikannya, agar tidak ada lagi para artis serta event organizer yang membawakan lagu tersebut dengan cara yang salah, karena justru nantinya malah merendahkan martabat kita sebagai bangsa Indonesia. Budi Harry sangat mempersilakan kepada siapapun untuk membawakan lagu tersebut, asal dengan cara yang baik dan benar sesuai ketentuannya.
Yayasan WR Soepratman didirikan oleh Budi Harry bersama Angga Satria. Saat ini Angga Satria menjabat sebagai Sekjen pada yayasan tersebut. Ia juga keturunan Keraton Yogyakarta dari Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Angga Satria menyampaikan bahwa satu-satunya di antara jutaan lagu, hanyalah Indonesia Raya yang mendapatkan konstitusi dari Pemerintah. Merupakan satu-satunya lagu yang “dikeramatkan”. Untuk menyanyikannya sudah diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia. Merupakan satu-satunya lagu yang menjadi kebanggaan bagi seluruh Bangsa Indonesia. Ketika menyanyikannya dimanapun kita berada, sepapututnyalah negara harus turut serta dalam menjaga dan melestarikannya.
“Saat ini, jangankan menghormati karya WR Soepratman, keberadaan biola Mbah Wage, nama jalan di Ibukota, Pemerintah sejak era Soekarno, sangat minim perhatiannya kepada karya-karya Mbah Wage Soepratman, apalagi untuk menjaga dan melestarikannya. Paham tentang perjuangan Mbah Wage Soepratman saja tidak. Hanya sebatas tahu saja beliau adalah pencipta lagu kebangsaan,” kata Angga Satria.
Menurut Angga Satria, cerita dan kisah patriotrik yang hingga saat ini mejadi ruh dan pakem perjuangan keluarga ahli waris WR Soepratman sama sekali tidak pernah diangkat ke permukaan sebagai obat mujarab atas berkurangnya kecintaan kepada nilai-nilai patriotisme yang dimiliki para putra bangsa saat ini, bahkan semakin menghilang rasa patriotismenya. Bagaimana bisa menjalankan pemerintahan tanpa dasar cinta kepada Indonesia?
Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon pada acara tersebut menyampaikan tentang grup musik Deep Purple yang membawakan potongan lagu Indonesia Raya saat konser di Kota Solo. Deep Purple dengan gaya tak semestinya membawakan lagu kebangsaan Indonesia.
Pada konser tersebut, Deep Purple memainkan lagu Indonesia Raya namun secara tidak utuh, membuat pihak keturunan sang penulis lagu tersebut berang. Mereka melakukan protes pada grup musik asing tersebut, serta akan mensomasi pihak penyelenggaranya.
Nyonya Nur Asia Uno, Istri Sandiaga Uno yang ikut menghadiri acara Halal Bihalal 1444 H Yayasan WR Soepratman tersebut mengapresiasi seluruh keluarga besar WR Soepratman. Kebesaran jiwa seorang musisi yang bernama WR Soepratman adalah anugerah Tuhan yang diabdikan kapada bangsa Indonesia.
Musisi senior Addie MS turut menyampaikan rasa syukurnya, karena Indonesia memiliki seorang WR Soepratman. Karya-karyanya harus kita jaga.
Sementara itu, Mantan Ketua Umum PAPPRI Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H., M.H yang saat ini menjadi Ketua Dewan Pembina PAPPRI turut berorasi pada halal bihalal tersebut. Ia mengemukakan dirinya bersama Budi Harry yang memperjuangkan adanya Hari Musik Nasional.
“Adanya Hari Musik Nasional kami perjuangkan sejak zaman pemerintahan Bapak BJ Habibie hingga Ibu Megawati. Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013 menetapkan 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional, menggunakan tanggal dan bulan kelahiran WR Soepratman,” kata Hendropriyono.
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)