Tapanuli Tengah: TrikNews.co (Tapian Nauli I) – Ketertinggalan dari hirup pikuk keramaian kota memang bukan hal yang mengherankan lagi bagi masyarakat Tapian Nauli I.
Desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan mengharapkan hasil bumi sampai kini masih merasa, bahwa Desa yang mereka tempati kini masih masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Sumatera Utara (Sumut).
Indonesia merdeka sudah menuju ke-79 Tahun di 2024 di tahun ini, tetapi melihat kodisi sampai hari ini kata merdeka bagi kampung Tapian Nauli I menjadi pertanyaan besar bagi seluruh masyarakat yang sudah ratusan tahun bermukim di desa tersebut.
Bagi sebagian orang, desa merupakan tempat berlindung dari kerasnya budaya perkotaan, tetapi kenyamana itu akan menjadi nyata jikalau kesetaraan bagi seluruh warga negara Indonesia bisa tercipta.
Menelisik lebih dalam, kondisi kesetaraan di desa Tapian Nauli Memang jauh dari katagori merdeka. Penyataan ini terpancar dari minimnya perhatian dari pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah pada Desa tersebut.
Terkadang kondisi itu yang membuat segenap masyarakat yang bermukim di desa tersebut sudah merasa pasrah dan lelah. Ingin dikataka sejahtera tetapi enggan melempar senyum.
Berharap ingin maju dan berkembang tetapi apa daya bebatuan jalan yang menjadi penghalang disegala sisi. Dari perkotaan desa Tapian Nauli namanya Huraba, tempat itu sering dipakai tempat berupa Pasar kecil, bisanya pasar itu dilaksanakan setiap Hari Kamis menjadi titik awal hancurnya jalan pedesaan yang sudah Puluhan Tahun dirasakan masyarakat.
Tak jarang, kalau kamis tiba masyarakat Desa dengan jumlah ratusan Kepala Keluarga (KK) akan menempuh dengan berjalan kaki mengarungi bebatuan yang licin sekitar 13 Km jauhnya, Kalau pulang pergi 26 Km itu pun sepulang dari pasar tersebut akan memikul beban barang belanjaan untuk kebutuhan seminggu kedepan.
“Kalau kami pak sudah pasrah akan kondis ini. Sudah 30 Tahun kurang lebih kami masyarakat desa Tapian Nauli ini mengajukan berbaikan jalan menuju ke desa kami, tapi sampai sekarang tidak ada yang peduli,” ucap salah satu masyarakat yang enggan di sebut namanya.
Lanjutnya menjelaskan, maaf pak kalau saya tidak menyebutkan nama saya, sempat nama saya terpublis, hm, hm ,,, dengan nada memghedus napas panjang, saya jamin saya akan bahan bulian dari orang yang berkepentingan didesa saya.
Setelah melakukan investigasi media TrikNews.co, benar saja, kondisi jalan Huraba Tapian Nauli sepanjang 13 Km sudah tidak berbentuk lagi. Kodisi itu di perparah dengan drainase jalan tidak ada, dan kondisi jalan sudah tidak beraspal lagi (Memprihatinka).
Merajut dari kondisi ini, masyarakat sangat mengharapkan perhatian kusus dari kabupaten Tapanuli Tengah. Sebab dampak dari hancurnya infrastruktur jalan desa akan berdampak menurutnya perekonomian masyarakat yang berdomisili di desa tersebut.
Disisi lain, dampak di segi peningkatan perekonomian desan juga akan terhambat. Jelas, jual beli hasil perkebunan dan hasil bumi yang mereka andalkan akan anjolok dan tidak bisa bersaing harga dengan desa lain.
Masih banyak lagi faktor yang akan di rasakan masyarakat jikalau infrastruktur itu tidak cepat di perbaiki. Salah satu contoh, sudah banyak masyarakat yang terluka akibat jalan tersebut, apalagi hujan sudah datang, jalan tersebut akan menanti korban berikutnya.
(Rimember)