Opini, OLEH Afinas Qadafi,.CPM
Langsa: Trik News.co – Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Zawiyah Cot Kala Langsa dan Ketua SEMMI Komisariat IAIN Langsa, melaporkan dari Kota Langsa.
Kita pasti bertanya-tanya, apa sih ilmu pengetahuan? Atau bagaimana sih cara memperolehnya? Dan bagaimana kita tau sumbernya pengetahuan?.
Nah disini saya sendiri juga bertanya akan hal seperti itu, namun ketika saya membaca buku Filsafat Ilmu karya dari Dr. Ahmad Jamin, M.Ag. dan Norman Ohira, M.Ag., M.Pd. , Saya jadi paham sekilas,dan dengan artikel ini mari kita sama-sama belajar akan hal sumber dan cara memperoleh ilmu pengetahuan.
Nah yang dimaksud dengan sumber ilmu disini adalah asal-usul diperolehnya ilmu pengetahuan, atau dari mana ilmu itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dari buku Filsafat Ilmu , dalam hal ini ada beberapa pendapat diantaranya:
Pertama ada Empirisme, nah Empirisme ini berasal dari bahasa Yunani empeirikos, yang artinya pengalaman. Aliran Empirisme ini manusia mendapatkan ilmu melalui pengalamannya, nah pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indera.
Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional. Walaupun masih sangat sederhana.
Nah hal ini bisa kita lihat ketika kita memperhatikan pertanyaan seperti: “Bagaimana orang bisa tahu bahwa api itu panas?” Nah seorang empiris akan mengatakan, “karena saya merasakan hal itu atau karena seorang ilmuwan sudah merasakan hal itu”. Dari pernyataan tadi itu ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa api itu panas.
Namun bagaimana dia tau api itu panas?, Dengan menyentuh langsung lewat alat peraba. Dengan bahasa lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
Nah intinya dalam aliran ini, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari pancaindera. Akal tidak berfungsi banyak, kalau pun ada, itu hanya sebatas ide yang kabur.
Namun aliran ini terdapat banyak kelemahan, diantaranya: Pertama, indera terbatas, ketika benda yang jauh kelihatan kecil, apakah benar-benar kecil? Ternyata tidak. Keterbatasan indralah yang menggambarkan seperti itu.
Dan sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kedua, indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan dingin. Ini menimbulkan pengetahuan aliran ini salah jua. Ketiga, objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera.
Nah terakhir, berasal dari indra dan objek sekaligus, dalam hal ini, indera mata tidak mampu melihat seekor sapi dengan keseluruhan, dan sapi itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Nah kesimpulannya adalah aliran ini lemah karena keterbatasan indera manusia.
Kedua, Aliran Rasionalisme, aliran ini mengatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh akal dengan kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep ide-ide universal.
Namun teori ini mengalami kesulitan , dikarenakan data-data yang dikumpulkan hanya sebagian dari data-data yang ada itu pun yang telah terjadi. Nah maka itu, pengetahuan yang di peroleh belum sempurna, karena data-data yang dikumpulkan tidak sempurna.
Namun dasarnya aliran ini bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri, tetapi ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
Ketiga ada aliran yang namanya intusionisme, Menurut Henry Bergson, intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya, Kemampuan ini memerlukan usaha. Nah beliau juga mengatakan bahwa inituisi adalah suatu pengetahuan langsung yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Inituisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, inituisi tidak dapat diandalkan.
Ada satu isme yang barangkali mirip dengan intuisionisme, yaitu iluminasionisme. Nah aliran ini bekembang di kalangan tokoh agama, yang di dalam agama Islam disebut Ma’rifah, yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Namun pengetahuan ini akan diperoleh untuk orang yang hatinya telah bersih, telah siap dan sanggupp menerima pengetahuan tersebut.
Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat Barat dengan makrifat dalam Islam adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, namun dalam Islam makrifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan, atau secara bahasa agama disebut dengan ilham atau hidayah.
Yang keempat adalah Wahyu, nah wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa, bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi, hal inilah yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang di luar kemampuan manusia.
Wahtu atau kenabian adalah puncak pengalaman spiritual yang dicapai oleh para nabi, termasuk nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dengan demikian, Al-Qur’an sebagai sesuatu yang diterima dalam peristiwa kenabian, merupakan puncak pengalaman intuitif manusia yang tertinggi.
Namun dapat disimpulkan bahwa untuk mengkaji berbagai objek ilmu baik yang bersifat fisik maupun metafisik, para ilmuan Muslim mengakui empat sumber ilmu yang terpadu dan saling melengkapi , yaitu indera, akal,hati, dan kitab suci. Keempat sumber ini telah membentuk suatu kesatuan sumber ilmu yang diakui manfaat dan keabsahannya. Mereka tidak bisa dipisah-pisahkan.
Seorang filosof muslim terkemuka yang menjelaskan enam sumber sekaligus adalah memperoleh ilmu pengetahuan yaitu: Wahyu yaitu ilmu yang diperoleh dari pengajaran para Nabi, ilmu yang bersumber dari ajaran nabi ini menjadi kebutuhan manusia. Akal yang disusupkan Allah ke dalam hati seorang Mukmin yang dengannya dia mampu menyingkap hakikat beberapa perkara dan mampu berbicara dengan hikmah.
Untuisi yaitu dengannya Allah member kemampuan untuk mengetahui beberapa pengetahuan yang tidak bisa dapatkan dengan sekian kebebasan jiwa tersebut. Panca Indera. Allah menciptakan mata karena dia telah ciptakan hal yang bisa dilihat, dia ciptakan telinga, karena dia telah ciptakan suara, dia ciptakan indera hidung sebagai padanan dari penciptaan bermacam-macam bau, dia ciptakan perasa karena dia telah menciptakan bagi manusia benda-benda yang bisa diraba, lalu mana lagi barang-barang yang bisa ditangkap indera tanpa adanya alat penginderaan. (**)