Oleh: Budi Sudarman
Untuk ketiga kalinya pada tahun 2024 Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, jika mencalonkan kembali untuk ikut Pilpres. Masih adakah peruntungan berpihak pada Prabowo?
Apakah garis nasib retak telapak tangan Prabowo Subianto akan menjadi sang Capres gagal 3 kali?.
Kita tak pernah mengetahui, hanya Yang Maha Kuasa yang bakal menentukan.
Sejarah mencatat setelah berjuang habis-habisan melawan Ir. Joko Widodo dalam 2 kali Pilpres namun gagal, akankah Wahyu Keprabon Republik Indonesia akan berada ditangannya?
Jika ikut kontestasi Pilpres 2024, usia Prabowo Subianto 73 tahun. Sementara Wapres periode kedua kepemimpinan Ir. Joko Widodo, KH. Maaruf Amin saat dilantik berusia 76 tahun. Secara Undang-Undang tak ada yg salah sebenarnya. Setelah melewati serangkai tes kesehatan jika memang layak tentu diperbolehkan.
Namun begitu banyak pertimbangan yang harus dikaji kembali oleh konstituen, Sang Pemilik Mandat. Jika usia sudah menua tentu tingkat produktivitas dan daya pikir melemah.
Belajar dari pengalaman yang sudah ada, sosok pemimpin negara ini, Wapres KH. Maaruf Amin publik mengetahui, sang Wapres jarang tampil dalam agenda kegiatan kenegaraan, karena memang Wapres sudah tua dan uzur. Publik enggan berkomentar, mengingat kita harus menghormati pemimpin negara kita. Tapi beda halnya dengan apa yg dialami Jokowi, hujatan, hinaan dan caci maki harus diterimanya.
Selain itu bila sedikit saja bicara apalagi kategori salah berdampak pidana.
Seolah tak sopan kepada orang yang lebih tua, tak menghargai tokoh agama. Dan lain sebagainya.
Secara kenegaraan Prabowo Subianto diuntungkan telah dijadikan Menteri Pertahanan dalam Kabinet Kerja periode kedua oleh Jokowi. Hal ini menjadi modal dalam dunia politik. Meski secara politik juga banyak kader Partai Gerindra yang bersikap blunder terhadap masyarakat dan Pemerintah. Hal yang selama ini terkesan diabaikan oleh Prabowo Subianto dalam meraih simpati masyarakat. Andai dirinya menegur kadernya meski sekedar pencitraan tentu akan meraih simpati publik.
Dikatakan sebagai pihak Oposisi tidak, karena Partai Gerindra masuk dalam lingkar kekuasaan. Tapi sebagai pihak Pemerintah sepenuhnya ambigu. Statement blunder sering dilakukan para kader Partai Gerindra dalam mengkritisi kebijakan pemerintah dengan polesan : ini sebagai bentuk Kritik yang membangun serta Pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.
Peluang Prabowo Subianto menjadi orang nomor 1 di republik ini masih ada. Masih tersisa masa 2 tahun lagi untuk berkemas dan bersolek demi kontestasi Pilpres.
Meski jalan yang harus dilalui bukan persoalan yang gampang dan mudah. Masih banyak jelaga hitam yang akan menerpa, mulai dari pindah warga negara Yordania pasca dipecat dr institusi TNI/ABRI belakangan hari kemudian dibantah oleh Fadli Zon selaku Wakil Ketua Partai Gerindra. Bahwa hal tersebut adalah isu murahan dan receh yang sengaja dihembuskan kepada sosok Prabowo Subianto.
Wajar isu tersebut ditepis oleh Fadli Zon, tapi anak remaja 98 yg peduli kepada bangsa ditengah terbatasnya arus informasi pada masa itu pasti mengetahui betul rekam sejarah Prabowo Subianto.
Terlebih sosok ibu negara, kelak jika Prabowo Subianto menjadi presiden. Ada ketimpangan di sana.
Kita juga dapat belajar dari Zinedine Zidane, sang pelatih Real Madrid yang mundur dari jabatan pelatih saat namanya bersinar. Atau pesepakbola Pele, dari Brazil mundur disaat masih berjaya. Rentang perjalanan waktu yang akan dikenang dari sosok tersebut adalah kata sukses. Bukan mundur pada saat gagal.
Jika PS tak ikut Pilpres 2024 maka namanya akan tetap harum. Tapi jika ikut Pilpres 2024 dan gagal lagi trophy gagal 3 kali akan tersemat sampai akhir hayat.
Ada irama kerja yang telah diperoleh dari presiden Joko Widodo. Sang Presiden yang merakyat dan bersahaja. Semoga apa yang telah diperoleh dijadikan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
jabatan presiden itu bukan semata mengejar kuasa, harta dan tahta.
[24/8 16:11] budi cetak kta: Judulnya ; Prabowo Subianto presiden ke 8 RI, mungkinkah?