Penulis : Jacob Ereste
Acara Wilujengan Nagari Nuswantoro di Tlogo Resort, Gunung Pong, Semarang yang mengusung tajuk “Gema Rasa Nuswantara” pada hari Jum’at, 28 Juli 2022.
Acara yang dimulai pukul 14.15 pada waktu Jawa Tengah ini, dihadiri sejumlah unsur Muspika, Semarang dan Muspida Jawa Tengah serta unsur terkait lainnya bersama seniman, budayawan dan rohaniawan serta sejumlah tokoh maupun pemuka masyarakat yang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia.
Eko Sriyanto Galgendu berkenan memberi wejangan dalam acara semacam sedekah bumi ini untuk dan demi keselamatan dan masa depan bangsa, termasuk hajat kepindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari tanah Jawa ke bumi Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Acara sejenis ruatan bumi ini sangat memiliki nilai spiritual yang tinggi dan dapat dijadikan cara untuk menjaga dan sekaligus mengembangkan potensi suku bangsa nusantara yang memiliki laku spiritual yang bisa dijadikan sebagai kekuatan andalan bagi bangsa dan Negara untuk menghadapi beragam macam tantangan masa depan yang makin berat.
Kecuali itu, tradisi serupa ini, kata Eko Sriyanto Galgendu yang dikenal sebagai wali spiritual Indonesia, patut dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan suku bangsa nusantara yang khas, untuk membangun dan memperkuat posisi bangsa dan negara Indonesia dalam tata pergaulan antar bangsa yang ada di dunia, tandas Eko Sriyanto Galgendu dalam diskusi seusai acara ruatan bumi di Tlogo Resort Gunung Gong, Semarang, Jawa Tengah.
Puncak acara dimulai dengan simbolis pertemuan berbagai unsur dan elemen pada empat kiblat pancer di bumi Pandanaran sebagai pokok “Gema Rasa Nuswantara”.
Kecuali itu, pembayaran tentang Ibu Kota Negara yang akan segera dipindahkan ke Bumi Mulawarman dari Bumi Gajah Mada atau pun Bumi Prabu Siliwangi dengan harapan terluput dari surya sengkala.
Wejangan yang penuh muatan spiritual itu, terus disambut do’a bumi oleh Susi, yang datang khusus dari Malang, Jawa Timur.
Sambutan bergilir yang penuh antusias diberikan unsur Muspika dan Muspida setempat. Hingga ada semacam kesepakatan pada acara serupa untuk terus dilaksanakan secara rutin dengan jadual rutin yang telah ditetapkan.
Atas nama Wakil Gubernur Jawa Tengah berharap pada monentum kebangkitan era Nusantara Baru sekarang ini, patut dimanfaatkan dengan cara yang mengkalaborasikan unsur agama dan budaya untuk memperkuat kepribadian bangsa menghadapi tantangan masa depan bangsa dan negara yang semakin beragam dan berat.
Memayu hayuning bawono dalam konsepsi falsafah Jawa meliputi upaya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan segenap potensi bangsa sebagai kekuatan yang menyeluruh sifatnya, komprehensif bagi segenap warga bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.
Rangkaian acara yang terbilang sukses ini, tentu akan lebih perfek bila pihak panitia penyelenggara bisa lebih kreatif dan profesional dalam memberi pelayanan pada para hadirin yang berdatangan dari berbagai pelosok nusantara, hingga keakraban sesama tamu dan hadirin bisa kebih terjalin akrab. Termasuk untuk urusan konsumsi para tamu dan hadirin yang sangat terkesan terlambat dan tak merata, ungkap Slamet asal Pemalang, Jawa Tengah.
Karena menurut dia, panitia perlu mendaftarkan secara khusus pula ajang untuk saling mengenal antara peserta yang katanya tak sedikit yang datang dari Sumatra dan Kalimantan.
Dipenghujung acara, Panitia penyelenggara dianugerahi penghargaan khusus selaku Bapak Asuh Asat dan Budaya Nuswantara. Sehingga beban GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang ada dipundaknya semakin berat untuk sekaligus mengemban adat dan budaya bersama laku spiritual yang sudah ada dipundaknya.
Karena itu, dia pun mengaku akan segera melakukan konsultasi sekaligus silaturachmi dengan Prof. Habib Khirzin, sebagai salah satu diantara sejumlah tokoh yang menanda tangani akte GMRI.