Medan, Triknews.co- Seorang ibu paru baya yang sedang hamil muda bersama suami dan anak-anaknya mendatangi Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemko Medan, Rabu (24/11/2021) pagi.
Kedatangan keluarga yang hendak mengurus identitasnya ini didampingi oleh pimpinan Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera Uba Pasaribu.
Dengan panduan Uba Pasaribu, ibu yang bernama Dewi Sukesih bersama keluarganya inipun diarahkan langsung ruangan Kabid Kependudukan di lantai III Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, karena diketahui, seluruh anggota keluarga ini lahir, hidup dan besar di kota Medan namun sampai sampai saat ini tidak ada memiliki Kartu Keluarga (KK) maupun Kartu Tanda Penduduk (KTP).
“Ketuk aja Bu ruangannya, nanti kalau aku yang ngetuk pintunya mereka sangat antipati dengan kehadiranku,” kata Uba.
Tentu saja apa dasar “antipati” seperti yang dikatakan Uba Pasaribu menjadi tanda tanya bagi triknews.co.
” Mungkin karena aku gk pernah memberikan mereka “sesuatu” saat mengambil kertas isian permohonan, tidak seperti yang lain, sehingga mereka tak suka padaku,. Anehnya, jika yang lain minta, kertas itu dikasih petugas walaupun si pemohon tidak ada di tempat, aku tidak, katanya harus ada orangnya yang minta, inikan aneh, seharusnya semua peraturan berlaku bagi semua orang jangan tebang pilih” terang Uba seraya menyuruh keluarga tanpa identitas ini untuk mengetuk pintu pegawainya sekali lagi, dan akhirnya pintu terbuka dan merekapun masuk.
Tidak lama kemudian, mereka keluar, sambil mengerang sakit Dewi Sukesih menunjukkan kertas pengambilan Kartu Keluarganya.
“Seminggu lagi baru terbit Kartu Keluarganya bang,” katanya menahan sakit pada perutnya saat ditanya awak media kenapa harus lama, suaminya menjawab tidak tahu.
“Itulah bang,” katanya dengan wajah kesal bercampur bingung.
Keluarga ini diketahui berdomisili di JL Bunga Cempaka Lk X,Kelurahan Tanjung Sari Medan tinggal menetap di rumah orangtua Dewi Sukesih.
” Semua lahir di Kota Medan,besar dan menikah pun di Kota Medan,barangkali pun bang menutup mata di Medan juga, tapi sayang kami tak punya identitas KK dan KTP,” kata suami Dewi Edi Prianto kepada awak media.
Senada dengan Edi, istrinya Dewi Sukaesih yang kembali dihubungi triknews.co via selular juga membenarkan jika tidak satupun di dalam keluarganya yang mempunyai identitas sehingga menjadi kendala saat anak-anak mereka hendak melanjutkan pendidikan.
“Kami sebenarnya jenuh mengurusnya soalnya dulu kami dimintai Kepling uang bahkan terakhir kali, lurah minta iris mata dulu baru diterbitkan surat keterangan domisili, katanya, karena tak aada identitas kami, anak anak putus sekolah tidak tamat SD”terang Dewi Sukaesih kepada triknews.co melalui sambungan selular, Kamis (25/11/2021) malam sembari mengatakan kedua anaknya sekarang bekerja sebagai penjaga malam dan ia juga menyebutkan kepling yang mengurus KK mereka dulu juga saat ini sudah meninggal dunia.
Ia juga mengatakan suaminya hanyalah seorang kuli bangunan yang kadang kerja kadang tidak. Tentunya jika dalam pengurusan ini membutuhkan biaya meraka tak mampu karena himpitan ekonomi.
Dewi juga menyampaikan kepada triknews.co, pada saat pengurusan Kartu Keluarga di diskupcapil, untuk membeli materai sepuluh ribu rupiah saja mereka tidak punya sehingga harus ditalangi Uba Pasaribu dari Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera.
Uba Pasaribu mengatakan kepada awak media seharusnya semua dipermudah, apalgi dalam leadaan urgen.
“Sebenarnya jika ada hal seperti ini urgent bisa di buat kebijakan,kenapa harus ada anak tiri dan anak kandung ?,” tukas Uba, aktivis yang getol memperjuangkan kaum marginal ini.
“Program Nawacita dan Kolaborasi Medan berkah itu, harus betul dijalankan, kasihan masyarakat, masih masih banyak aku rasa di kota Medan seperti keluarga ini, dan ini harus jadi perhatian utama walikota Medan,” pungkas Uba.(RS)