Hamparan Perak, Triknews.co,-Teganya…, mungkin ini kata yang cocok untuk pihak Pemerintah Desa (pemdes) Klambir Lima Kebun, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yang diduga memaksa keluarga mengembalikan biaya perobatan Lisbet Desy Simbolon semasa hidup dan saat rawat inap di RS H Medan beberapa waktu yang lalu.
Hal itu dikeluhkan S. br Aritonang ibunda Alm Lisbet Desy Simbolon kepada media saat berkunjung pada gubuk reyot, tidak layak huni berukuran 2×2 tanpa dinding dan lantai tanah di Desa Klambir Lima Kebun, Senin, (02/01/ 2023).
Sebelumnya, Pemdes Desa Klambir Lima Kebun sudah membayar lunas tunggakan biaya perobatan Almarhumah selama rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan sebesar 2,7 juta.
“Terpaksa aku minta sama anak anakku mereka patungan, terus terang, aku tak ikhlas tapi karena mereka terus maksa mintanya cuma satu juta lima ratus aku sanggup bayarnya, selebihnya minta aku cicillah,” ucap br Aritonang.
Dia menambahkan Kalau sebenarnya sama sekali tidak memiliki uang tetapi demi kesembuhan anaknya rela mengupayakan darimanapun asalkan anaknya mendapat pertolongan dari medis kesehatan.
“Aku tak kuat lihat anakku semasa hidupnya tersiksa, tapi sudah nasibku hidup seperti ini,” katanya terbata-bata sembari mengatakan pihak pemdes meminta juga dana untuk pengurusan adminduk mereka.
Bukan hanya itu saja, bahkan biaya untuk urus KTP saja mereka minta empat ratus ribu lagi tapi sampai sekarang tak kunjung siap KTPku, pungkasnya.
Sebelumnya, informasi didapat bahwa Lisbet Desy Simbolon merupakan salah seorang warga miskin yang terkulai lemas digunakan reog keluarganya.
Namun tidak mendapat pertolongan perobatan dari siapapun, bahkan kehidupan keluarga miskin tidak memiliki biaya berobat. Berkat laporan warga kepada Ketua Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera Uba Pasaribu langsung bergerak memberi pertolongan
“Mendengar Informasi warga, saya langsung teruskan ke Camat Hamparan Pak Zahar Rambe. Hingga Lisbet Desy dilarikan ke Rumah Sakit. Tapi Tuhan berkehendak lain,” kata Uba Pasaribu kepada awak media Triknews.co.
Meski demikian, tambah Uba Pasaribu, pihaknya sangat menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan pihak okknum pemerintah desa membiarkan salah seorang warganya sekarat tanpa ada rasa iba dan pertolongan dari perangkat desa (Prades).
“Saya tak tau dari segi mana mereka pihak desa menyatakan korban adalah warga mampu, ironis sekali jika alm Lisbet Desy Simbolon disebut warga mampu, sedangkan anak semata wayang baru saja di daftarkan masuk Kartu Keluarga (KK), tak mungkin dibiarkan putus sekolah. Tak mungkin Alm Lisbet Desy Simbolon numpang dirumah yang kerap banjir jika hujan turun, terlalu..!,” pungkas Uba.
Jika sedari awal, sambung Uba menjelaskan, pihak Pemdes tak sanggup membantu kemungkinan dapat berkoordinasi sama Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera.
“Soalnya sejak bergulir kasus ini, kami terus monitor bahkan, sampai jenazah pulang dari Rumah Sakitpun kami tetap monitor,” pungkas Uba Pasaribu yang dikenal getol memperjuangkan nasib kaum terpinggirkan ini.
Jika sedari awal pihak Pemdes tidak sanggup membantu, kata Uba Lagi, harusnya pemdes dapat koordinasi sama Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera.
“Soalnya sejak bergulir kasus ini kami terus monitor sampai jenazah pulang dari Rumah Sakitpun kami tetap monitor, banyak kejanggalan dan kami akan tetap mendampingi keluarga S br Aritonang,” pungkas Uba
Ketika dikonfirmasi awak media Kepala Desa Klambir Lima Kebun Bapak Prayoga di kantornya membenarkan pihaknya pernah meminta uang kepada keluarga S br Aritonang.
“Hal itu, lantaran kami melihat mereka mampu, makanya kami minta dikembalikan biayanya, itupun tak semua kami minta di kembalikan,” ujar Kepala desa kelambir (RS)
Editor : Jonter Sinaga
