Salam Presisi.. (triknews.co)
Menjadi seorang polisi bukan lah hal yang mudah, harus bermental baja dan tahan banting. Dalam arti tahan hujatan, tahan cacian, tahan makian begitu juga sebaliknya tidak terbang terhadap pujian.
Bukan tak berasalan, kadang kalau kita berpikir jernih tak gampang menjadi seorang polisi. Berlaku adil dikira modus, berlaku tegas dibilang anarkis. Yah begitulah resiko menjadi seorang polisi, tapi jangan salah paham dulu justru menjadi polisi itu adalah profesi yang mulia. Namun, bagaimana cara menghilangkan paradigma buruk tentang Polisi tersebut?
Sebagai penggagas Presisi, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo beberapa waktu lalu telah menginstruksikan kepada seluruh jajarannya, baik Polsek, Polres, dan Polda di seluruh Indonesia agar mampu menyelesaikan perkara-perkara yang muncul ditengah-tengah masyarakat dengan menggunakan metode pendekatan atau humanis.
Meskipun demikian, bukan berarti semua kasus-kasus ataupun perkara dapat diselesaikan dengan restorative justice. Tentu ada juga kasus-kasus tertentu yang tidak bisa ditolerir hingga harus berujung ke meja hijau untuk diadili.
Dari gagasan Kapolri itu terbukti tingkat kepuasan dan kepercayaan polri dimata masyarakat kini mencapai 72% yang artinya kinerja institusi polri sangat memuaskan publik sesuai dengan survei yang diumumkan oleh lembaga Indikator Politik Indonesia terhadap kinerja instansi penegak hukum beberapa bulan lalu.
Hasil survei itu menyebutkan ada dua alasan mengapa tingkat kepercayaan dan kepuasan publik tinggi terhadap Polri. Pertama, Polri dinilai berhasil dalam memberantas kejahatan narkoba. Angkanya sebanyak 66%. Publik merasa puas terhadap kinerja institusi kepolisian dalam hal mengungkap dan memberantas tindak pidana kejahatan narkoba sehingga publik memberikan apresiasi terhadap Polri.
Artinya, bila hal tersebut dilakukan anggota Polri dengan lebih serius. Maka, Polri diyakini bakal mampu meraih hati masyarakat, dan semakin dicintai oleh masyarakat. Karena masyarakat butuh kehadiran Polri disetiap problem yang dihadapi tanpa harus menghilangkan rasa keadilan. Menyelesaikan masalah, tanpa masalah. Nah, hal inilah yang harus dilakukan untuk merubah paradigma yang dimaksud.
Namun, tidak sampai disitu saja, disamping polri penting meningkatkan kepercayaan masyarakat, polri juga harus siap dengan hal-hal baru untuk menginformasi kan kegiatan dan inovasi-inovasi yang dilakukan polri. Zaman semakin canggih, Polri juga dituntut melakukan trobosan baru untuk memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat.
Bagaimana caranya ? Disinilah Peran Media!
Tidak bisa kita pungkiri bahwa peran media merupakan membawa dampak besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ibarat minum kopi, jika diaduk bersama gula rasa nya akan menjadi manis, sebaliknya jika tidak diberikan gula kopi itu akan menjadi pahit.
Seperti itulah Media. Media saat ini diibaratkan sebagai gula, di satu sisi mempunyai manfaat yang manis namun di sisi lain juga mempunyai rasa yang pahit tergantung bagaimana media menyebarkan informasinya.
Karena saat ini segala macam informasi bisa diakses dengan mudah, apalagi dengan semakin canggihnya alat komunikasi. Oleh karena itu lah, peran media disebutkan mempengaruhi setiap program lembaga negara termasuk Polri. Melalui peran media (cetak dan online) kegiatan-kegiatan positif Polri akan tersampaikan kepada masyarakat, begitu juga berita-berita prestasi seperti kriminal, narkoba, korupsi maupun kasus-kasus lainnya.
Memang, media sebagai pilar ke 4 demokrasi, eksistensinya bukan di dalam struktur pemerintahan, tetapi sumbangsih dan pengaruhnya dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara sangat signifikan apalagi untuk menyebarluaskan informasi kegiatan-kegiatan lembaga negara seperti Polri.
Peran yang dilakukan media dapat memberikan citra positif bagi polri. Melalui media massa masyarakat mengetahui bagaimana kepolisian bekerja dan mengubah persepsi masyarakat terhadap citra polisi yang selama ini dianggap negatif. Untuk mendapatkan citra yang sesuai dengan tujuan Instansi, Media memiliki peran penting dalam mempertahankan citra melalui berita.
Bahkan menurut penelitian, dalam peran Media untuk mempertahankan citra yang dilakukan cukup berhasil untuk menunjukkan dan mengenalkan peran media kepada masyarakat. Masyarakat paham tugas dan pekerjaan yang dilakukan kepolisian, tantangan tugas polisi, dan kehidupan polisi.
Sehingga prestasi yang disebarluaskan media, tentu menjadi feeback bagi pihak kepolisian dalam mempertahankan citra baik langsung maupun secara tidak langsung. Melalui upaya tersebut, Polisi tidak dianggap sebagai musuh atau institusi yang ditakuti melainkan sebagai institusi yang siap melayani dan mengayomi masyarakat.
Nah, Hal ini lah yang penting diperhatikan Polri karena setiap program yang dijalankan oleh polri akan mempengaruhi citra. Media memberikan informasi tentang apa yang sudah dijalankan melalui pemberitaan. Dengan adanya publikasi melalui berita aktivitas polisi dapat diketahui oleh masyarakat secara luas.
So, percaya atau tidak peran Media sangat penting terhadap kinerja Polri.
Bravo Polri, Bravo Media.. Salam Presisi..
“Selamat HUT Bhayangkara ke-76. Teruslah berbuat baik menuju Polri yang Presisi”.
@poldasumaterautara
#terusberbuatbaikpoldasumut