Jakarta, Trik News.co – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bekerjasama dengan BASARNAS dan BPPT mengerahkan kapal canggih milik Indonesia yang bernama Baruna Jaya IV.
Baruna Jaya IV yg dibuat oleh galangan kapal CMN, Cherbourg-Perancis yang di luncurkan pada tahun 1989 dengan GRT1219 ton dan NRT 365 ton, ini akan bergabung dengan tim SAR yang terlebih dahulu diterjunkan untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 seperti diketahui lepas landas (take off) dari Bandara Soekarno Hatta- Cengkareng pada pukul 14.00 WIB.
K/R Baruna Jaya IV yang dinakhodai oleh Kapten kapal Tiur Maida, dilengkapi dengan peralatan canggih berupa Sonar bawah laut untuk mendeteksi keberadaan Black Box (Flight Recorder) hingga kedalaman 2500 m.
“Teknologi Sinyal sonar dapat dikirim dengan mengandalkan gelombang suara bawah air. Sinyal pantulan sonar akan diterima kembali oleh pusat kontrol di kapal untuk mengukur jarak, lalu mengkonversi menjadi objek visual” ujar kepala BPPT Hammam Rizaz dalam keterangannya kepada awak media, 10 Jan 2021.
Selain itu tim juga sudah mempersiapkan peralatan seperti : Side scan Sonar (SSS) Maggy, ADP dan Pinger Locator
Kapal ini pernah dipakai untuk mencari pesawat Boeing 737 Adam Air penerbangan 574 di Sulawesi Tenggara pada 2007, pencarian kapal
Ferry Bahuga Jaya di Selat Sunda pada 2012, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996.
Selain itu, kapal ini dikerahkan untuk mencari pesawat AirAsia nomor penerbangan QZ8501 yang hilang pada Desember 2014
Kemampuan kapal ini, diketahui memiliki pengalaman dan kemampuan membaca sinyal yang ada dalam dua jenis black box pesawat, yaitu voice data recorder (VDR) dan flight data recorder (FDR). Hal ini telah dibuktikan saat terlibat dalam Operasi SAR reruntuhan Lion Air PK LQP di wilayah perairan Karawang, tahun 2018.
Pencarian akan difokuskan di Kepulauan Seribu sekitar pulau Laki dan Pulau Lancang yang memiliki kedalaman antara 250 m – 300 m. Kapal yang bergerak pagi tadi Minggu, 10 Jan 2021 diharapkan mampu mendeteksi keberadaan titik jatuh dan puing-puing pesawat.