sanana, Triknews.co-Kampanye Paslon No. Urut 3 dengan Jargon FAM-SAH di Desa Wainin Kec. Sanana Utara pada hari Selasa 06/10/2020 malah menyisakan cerita pilu yang menggores tahapan Demokrasi pada Pilkada di Kabupaten Kepulauan Sula, pasalnya hanya karena Tenti (Tenda-red) tempat Kampanye Sepi akibat banyak Masyarakat pergi berkebun, Oknum Tim Kampanye FAM-SAH meradang, mengintimidasi Warga Masyarakat Desa Wainin serta mengancam Kepala Desa (Kades).
Hal ini diceritakan Kades Wainin Usmono Gay dan salah satu Masyarakat yakni Ibu Sapura Fokaaya kepada awak media yang pagi tadi mendatangi Desa Wainin-Kec. Sanana Utara, Jumat (09/10/20).
”Jam 15.00 WIT mereka datang dan menyampaikan Undangan untuk berkampanye di Desa Wainin, sebagai Pembina Politik di Desa, Saya mempersilahkan. Namun saya ada larangan untuk terlibat maka dari itu saya tidak bisa secara langsung terlibat dalam acara Kampanye tersebut”, ujar Kades Ismono menceritakan Kronologis peristiwa pada Hari Selasa tersebut.
Kades Ismono mengatakan siapapun Paslon yang datang dirinya mempersilahkan, Tim mendirikan Tenti serta Sound System, Kursi yang di persiapkan tidak Kami larang, bahkan Kami persilahkan hal tersebut untuk menghubungi Ketua Pemuda, namun terkait Masyarakat yang harus hadir saya tidak memaksa, tentu hal tersebut harusnya ada sosialisasi dari Tim Pemenangan mereka di Desa, Saya hanya bisa menghimbau warga untuk mereka menghadiri siapapun Paslon yang datang dan menyampaikan program Visi dan Misi, namun tidak bisa saya memaksakan, tutur Ismono Gay.
”Mereka datang bertepatan Masyarakat ada di Kebun, karena di Desa Wainin ada musim panen Cengkeh, namun mereka mendatangi Saya dan menuduh saya tidak memperbolehkan Masyarakat mengikuti Kampanye Paslon mereka”, lanjut Kades Usmono.
Mereka berteriak dengan Sound System, ”KEPALA DESA WAININ TOLONG KELUAR, JANGAN SAMPAI TANGGAL 9 DESEMBER NANTI TORANG INJA DIA”.
Ujar Kades Ismono Gay menceritakan insiden Hari itu.
Kades menuturkan oknum dari Tim Kampanye yang diduga mengintimidasi dirinya serta meneror warga itu adalah Burhanudin Buamona salah satu Ketua Parpol di Kepsul dan mantan anggota DPRD Kepsul, dan Ridwan Soamole alias Enong anggota DPRD aktif Pulau Taliabu (Pultab) asal partai PDIP.
Usmono mengatakan dirinya hampir terpancing dengan ulah Oknum dari Tim Kampanye FAM-SAH, karena terus-menerus meneriakkan namanya dengan tidak etis berulang-ulang dengan salon (pengeras suara-red) seperti menantang begitu, namun Saya diingatkan mantan DPRD Abang Idham Umamit yang kebetulan ada duduk bersama saya, mengatakan agar saya jangan terpancing, ini politis.
”Hanya masyarakat saya sempat terpancing dan marah, Ibu-ibu kesal dengan ulah mereka, masyarakat saya mengatakan kalo datang mau kampanye di Katong Desa (Desa kita-red) jangan bawa-bawa nama tong pung Kapala Desa”, cerita Kades Usmono Gay kepada Pewartan, dirinya melanjutkan bahwa masyarakat Desa juga sempat mengatakan bahwa ini Katong pe hak, masyarakat mau hadir atau tidak hadir kan itu Katong pe kemauan.
Ismono Gay juga mengatakan punya banyak saksi terkait kejadian tidak mengenakan tersebut, bahkan warga masyarakatnya yang berstatus aparat Desa juga dipaksa untuk hadir ke Tenti.
”Saya sudah memberi pengertian kepada Tim FAM-SAH bahwa hargai masyarakat saya yang habis dari kebun, mungkin mereka mau mandi dulu baru hadir ke tenti, saya mencontohkan Paslon lain yang sebelumnya berkampanye disini, itu datang jam 15.00 WIT mereka menunggu masyarakat siap sampai habis Isya baru mulai berkampanye”, cetus Ismono.
Yang paling menyakitkan bagi Kades Ismono Gay adalah Oknum Tim Kampanye FAM-SAH juga menuduh bahwa dirinya melarang masyarakatnya karena takut tidak diberikan BLT dan Program Rumah Kumuh.
”Ini sangat menyakitkan buat saya, saya bilang tar ada hubungannya dengan hal itu, kenapa mereka malah menuduh saya seperti itu”, sesal Kades Ismono Gay.
Ismono berharap kepada para Kandidat Paslon beserta Tim Kampanye datang lah dengan baik-baik menyampaikan program Visi-Misi mereka bukan balik mengancam masyarakat saya, menginjak-injak saya. Bahkan atas kejadian itu baik dari Tim FAM-SAH maupun tim pemenang di Desa tidak pernah meminta maaf kepada saya atau warga masyarakat saya.
Sementara itu Ibu. Sapura Fokaaya, warga masyarakat Desa Wainin-Kec. Sanana Utara yang membenarkan keterangan Kades Ismono Gay, Ibu yang berprofesi sebagai Guru ini juga menceritakan Oknum FAM-SAH yang mengancam dan memaksakan kehendak mereka.
”mereka memaksa saya untuk ke Lao (ke arah laut, dimana tenti berada-red), karena tenti kosong”, ujar Ibu Fokaaya menceritakan.
Mereka ancam dengan muka marah-marah, namun beta (Saya-red) bilang kalo Katong hati tidak disitu terus mau paksa, ujar Ibu Sapura.
Bahkan Oknum Tim FAM-SAH sempat mengeluarkan bahasa yang menimbulkan ketersinggungan.
”Dong (mereka-red) juga ancam Pak Kades dong bilang takut barang apa, takut seng dapa BLT dan PKH, yang biking kita tersinggung dong menuduh Kita makan cengkeh gratis Pak Bupati punya, sehingga Kita tidak mau datang Kampanye FAM-SAH”, ujar Ibu Sapura Fokaaya.
Dirinya sempat mengatakan bahwa, jangan hina Katong dengan bagitu, Katong ini bukan Dudu di Aer maseng, Katong Dudu didara, Katong pung tanah ada, Katong pung lahan ada.
”Kami sangat tersinggung, dan merasa terhina, perkataan mereka sangat menyakitkan, apalagi mereka juga mengancam kepala Desa Kami, sampai Bapa dari Kepala Desa terakhir ambil Mic dan bicara, kalo ini bukan salah anak saya, anak saya dilarang oleh aturan kalo masyarakat itu hak dari pada masyarakat sendiri”, tutur Ibu Sapura Fokaaya.
Perkataan yang menghina dari Tim FAM-SAH menurut Sapura Fokaaya sangat membawa ketersinggungan, dirinya dan Masyarakat lain merasa terhina, namun Ibu Sapura Fokaaya sempat berharap untuk Paslon lain, datang lah baik-baik di Desa Kami, Kami akan meyambut baik-baik pula.**(Ris)