Medan,triknews.co–Film Sang Prawira diangkat dari sebuah cerita yang menceritakan bagaimana seorang pemuda dari kampung Bakkara menjadi orang yang berhasil mencapai cita citanya walaupun banyak rintangan. Film yang dikemas dengan pertunjukan destinasi wisata di berbagai daerah seperti Danau Toba, Tanah Karo, Samosir, Istana Maimun, Lompat Batu di Nias sampai ke Semarang dan juga ibukota Jakarta.
Sang Prawira juga menginspirasi generasi muda yang memiliki cita cita menjadi polisi. Proses perekrutan dan kehidupan dalam lembaga pendidikan Akademi Kepolisian serta SPN Hinai turut menghiasi keindahan film ini.
Gala Premier Film Sang Prawira dilaksanakan 2 kali pada waktu yang berbeda. Gala Premier pertama dilaksanakan pada tanggal 23 November 2019 di XX1 Epicentrum, Jakarta. Sedangkan Gala Premier kedua dilaksanakan di XX1 Center Poin, Medan Sumatera Utara.
Gala kedua ini dihadiri oleh Kapolda Sumut beserta seluruh pejabat utama Polda Sumut, mengahdirkan juga para pemeran lain yang masuk dalam film seperti para Kapolres yang kebagian wilayahnya menjadi obyek syuting film, bupati Tanah Karo, dan yang paling mengesankan adalah kehadiran Guruh Sorkarno Putra.
Guruh selaku undangan selesai menonton, memberikan kesannya. Berkata bahwa film ini adalah film yang bagus, banyak sekali pelajaran dan teladan yg dapat diambil dari sini. Termasuk juga pujian terhadap acting para polisi yang dianggap natural walaupun bukan dari pemain film. Sinematografi dan pengambilan gambar pun dilakukan dengan tata gambar yang baik sekali memanjakan mata selama menonton. Acara yang diawali dengan pembukaan dan beberapa kata sambutan, kemudian diakhiri dengan nonton bareng seluruh undangan yang datang.
Bioskop XX1 Center Poin memiliki 6 studio dan 2 studio Premier. Untuk total penonton pada hari ini adalah sekitar 962 orang yang memadati seluruh studio. Studio 1 sampai dengan studio 6 ditambah dengan 2 studio Premier dipenuhi oleh penonton yang benar benar antusias dengan film ini bahkan ada beberapa studio yang penontonnya sampai duduk di tangga karena tidak kebagian tempat duduk. Penonton diperkuat dengan kehadiran sekitar 135 orang siswa Matauli dan 50 an siswa SMA Bhayangkari. Dengan harapan, film ini dapat menambah wawasan dan gambaran kepada mereka dalam mencapai masa depan khususnya yang mau mendaftar menjadi anggota Polri.
Film ini layak mendapat predikat Film Polisi karena memang 95% pemainnya adlah anggota Polri aktif dan karenanya mendapat REKOR MURI sebagai Film yang pemainnya adalah anggota POLRI yang masih aktif. Pemeran utama pria yaitu Ipda Dimas Adit Sutono adalah perwira lulusan Akpol tahun 2017 yang sekarang menjabat sebagai Kanit Reskrim Polsek Tanjung Morawa Polresta Deli Serdang. Ada juga yang bermain sebagai Lambok sang tokoh antagonis adalah Kanit Reg Ident Polresta Deli Serdang. Sang Ibu yaitu mamaknya Horas adalah Kasat Lantas POlresta Deli Serdang. Dan tokoh tokoh lain seperti Kapolda Sumut beserta ibu, Wakapolda Sumut beserta ibu, Karo SDM, Amani Horas, teman teman sekolah Horas, anak buahnya Horas, komandannya Horas,,semuanya adalah artis polisi pendatang baru yang aktingnya tidak kalah jauh dengan pemain film lainnya. Belum lagi termasuk pejabat pemerintahan yang ikut ambil bagian dalam peran peran yang dimasukkan untuk menambah keunikan film ini seperti Bapak Mendagri, Bapak Yasonna Laoly, Bapak Luhut Panjaitan, Bapak Ganjar Pranowo dan lain sebagainya.
Setelah pemutaran film, banyak sekali komentar yang terdengar. Semuanya memuji “feel” yang dapat diperankan dengan baik oleh para anggota Polri tersebut. Belum lagi dengan penonton yang gagal ‘move on’ dari film ini yang menyayangkan kenapa mamak Horas harus meninggal seblum menyaksikan anaknya berhasil? Kenapa Nauli tidak dijadikan dengan Horas malahan dengan Gomgom? Kenapa Horas tidak bisa berkabar kepada keluarganya dan kekasihnya saat dia pendidikan di Semarang? Dan pertanyaan lainnya sebagai “oleh-oleh” penonton yang membawa pulang segudang pertanyaan diatas. Namun yang jauh lebih penting adalah, ternyata kebanyakan penonton tidak merasakan kebosanan walaupun durasi pemutaran film adalah selama 120 menit (2 jam). Semuanya “hanyut” dalam perjalanan petualangan seorang Horas dalam menggapai mimpinya. Film ini memiliki jalan cerita yang lengkap dengan perasaan. Ada perasaan sedih, haru, lucu, gemes bahkan deg deg an karena adegan adegannya yang di luar dari ekspektasi biasa film lainnya.
Kapolda Sumut sebagai salah satu pemain dalam film ini memiliki optimisme yang kuat bahwa film ini akan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Karena banyak yang penasaran dengan film ini walaupun selama ini hanya melihat trailernya saja, baik di TV swasta maupun di media media social. Kapolda Sumut berkata, jika nanti melihat tingkat kepuasan masyarakat sangat tinggi terhadap film ini, maka akan dibuat sekuel keduanya yang pasti akan lebih menarik pula yaitu Sang Prawira 2.
Besar harapan agar animo masyarakat meningkat terhadap film ini sejalan dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin baik terhadap institusi Kepolisian Republik Indonesia.(Agung)