Buhit, (Triknews.co) – Bagi suku Batak, kematian bukanlah sekadar akhir hidup, melainkan sebuah peristiwa sakral yang penuh makna.
Orang yang meninggal layak mendapatkan penghormatan supaya jiwanya tetap terpelihara.

Terutama bagi perantau, tradisi ini juga menjadi ajang untuk reuni keluarga besar, yang mungkin sudah jarang bertemu karena kesibukan atau jarak.
Di tengah dunia yang terus berubah, tradisi ini tetap bertahan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara yang hidup dan telah meninggal, sekaligus mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan dalam keluarga besar Batak.
Bahkan, menunjukkan bagaimana tradisi imi dapat menjadi cerminan harmoni antara warisan budaya dan kehidupan masa kini, dengan menanamkan nilai kebersamaan, penghormatan, dan rasa syukur yang tetap relevan sepanjang zaman.
Dengan memahami dan melestarikan Tonggo Saripe, kita turut menjaga jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Perlu kita ketahui, Tonggo Saripe memiliki arti, Tonggo = undang, doa, meditasi, panggil, sidang
Saripe = Suami istri, sekeluarga, keluarga
Tonggo Saripe adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan diri kita akan pentingnya menjaga hubungan dengan keluarga dan menghormati leluhur yang telah memberikan banyak pelajaran dan warisan.
Pada hari Minggu tanggal 11/05/2025, siang, Keluarga Besar Oppung Ramot Sitanggang mengadakan acara Husip Sajabu, bertempat di Lumban Godang, Desa Parlondut, Kecamatan Pangururan.
Dimana acara ini, berkumpul keluarga atau keturunan, Abang adik (laki-laki), kakak adik (perempuan) yang masih satu keturunan, sekaligus memberitahu akan dilaksanakan Tonggo Saripe/Mangongkal Holi yang akan datang.
Ini dilakukan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara yang hidup dan telah meninggal, sekaligus mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan dalam keluarga besar.

Kegiatan yang dihadiri keturunan Oppung Ramot ini dilakukan sangat antusias dan diakhiri dengan makan bersama keluarga. (Dedi Malau)