Oleh : Baihaqi
“Mati hidup manusia telah diatur oleh Tuhan semesta alam Allah SWT, kapan, dimana, tanggal dan hari apa, serta jam berapa ajal datang menjemput setiap individu kita sebagai hamba Nya.
“Sebagai manusia juga tidak pernah luput dari berbagai cobaan baik besar maupun kecil, hal ini disebutkan oleh Allah melalui firman Nya dalam Al-qur’an surat Al Anbiyaa 35.
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai ujian (cobaan) yang sebenar-benarnya, dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al Anbiyaa: 35.
“Karena hidup manusia di dunia tidak kekal, maka ketetapan Allah berlaku bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Allah kemudian menetapkan garis bahwa hidup adalah ujian. Kami akan menguji kamu dengan dua macam ujian, keburukan dan kebaikan sebagai cobaan untuk mengukur kualitas iman dan kesabaran manusia.
Dan kamu seluruh manusia, akan dikembalikan hanya kepada Kami untuk mempertanggung jawabkan hidup di dunia dan mendapatkan hasilnya, keridhaan Allah atau murka-Nya.
“Sementara dalam ayat yang lain Allah menyatakan kembali dengan tegas, bahwa setiap mahluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. Tidak satu pun yang kekal, kecuali dia sendiri, Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (al-Qashash/28: 88)
“Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk, atau musibah yang tidak disenangi, bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan.
“Apabila ujian atau cobaan itu berupa musibah, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia, apakah ia sabar dan tawakal dalam menerima cobaan itu.
“Dan apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.
“Jika seseorang bersikap sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan atau musibah, serta bersyukur kepada-Nya dalam menerima suatu kebaikan dan keberuntungan, maka dia adalah termasuk orang yang memperoleh kemenangan dan iman yang kuat serta mendapat keridhaan-Nya.
“Sebaliknya, bila keluh kesah dan rusak imannya dalam menerima cobaan Allah, atau lupa daratan ketika menerima rahmat-Nya sehingga ia tidak bersyukur kepada-Nya, maka orang tersebut adalah termasuk golongan manusia yang merugi dan jauh dari rida Allah. Inilah yang dimaksudkan dalam firman-Nya pada ayat lain:
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat. (al-Ma’arij/70: 19-22)
“Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa bagaimana pun juga tingkah laku manusia dalam menghadapi cobaan atau dalam menerima rahmat-Nya, namun akhirnya segala persoalan kembali kepada-Nya juga. Dialah yang memberikan balasan, baik pahala maupun siksa, atau memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.