Medan , triknews.co-Ketua Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera Uba Pasaribu kunjungi warga miskin Penduduk Kota Medan tak punya identitas Kependudukan dan diduga idap Tumor payudara. Ironismya, Keluarga ini tudak Memiliki Identitas Kependudukan sama sekali.
Mendengar informasi tentang keluarga ini, Ketua Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera, Uba Pasaribu langsung mengunjungi keluarga ini, Saptu (29/062026)
Mey Manaida, seorang wanita berusia 43 tahun yang tinggal di Jalan Gabion Lk XI, Kelurahan Bagan Deli, diduga menderita tumor payudara. Dia mengeluh dan mengerang kesakitan, tidak mampu menahan rasa sakit dan nyeri, dan tidak memiliki cukup uang serta Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk berobat.
Masalahnya, Mey tidak memiliki identitas Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dia pernah mengurusnya melalui Pegawai Kelurahan Bagan Deli dengan membayar biaya pembuatan data sebesar satu juta lima ratus ribu rupiah. Mey juga telah memberikan uang panjar sebesar enam ratus ribu rupiah kepada seorang pegawai (lupa namanya), namun hingga pensiunnya pegawai tersebut, KK dan KTP Mey belum kunjung diterbitkan. Tangisnya yang pilu menggambarkan keputusasaan Mey.
Didampingi suaminya, Herman Sibarani, Mey menjelaskan bahwa mereka sangat membutuhkan KK dan KTP, termasuk untuk anak-anak mereka yang kesulitan masuk sekolah karena sulitnya mengurus identitas.
Uba Pasaribu, dalam wawancara dengan awak media, mengapresiasi RSU Pirngadi Medan atas tindakan medis yang telah dilakukan, termasuk observasi dan perawatan inap untuk saudara mereka yang sedang dalam kesulitan ini. Menurut Uba, ini merupakan kolaborasi nyata dalam program Medan Berkah.
Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera yang dipimpin oleh Uba Pasaribu berjanji akan memberikan pendampingan kepada Mey dan keluarganya hingga ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Medan. Meskipun yayasan ini mendapat tuduhan miring dari pihak tertentu karena sering mengkritisi kebijakan, misi mereka tetap peduli terhadap kaum terpinggirkan.
Uba Pasaribu menegaskan komitmennya dalam membantu warga miskin yang tidak memiliki identitas kependudukan. Dia berharap adanya perhatian dari pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat dalam mengurus identitas kependudukan mereka.
Kisah Mey Manaida menjadi peringatan bagi kita semua bahwa masih ada warga yang terpinggirkan dan kesulitan mengakses layanan dasar seperti identitas kependudukan. Diperlukan sinergi antara yayasan, pemerintah, dan masyarakat untuk menjembatani kesenjangan ini dan memberikan perlindungan serta akses yang telah dibutuhkan oleh semua warga negara. Keberadaan yayasan seperti Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera menjadi harapan bagi mereka yang terabaikan oleh sistem dan kurangnya akses terhadap layanan publik.
Uba Pasaribu mengungkapkan bahwa upaya pendampingan mereka tidak hanya berhenti di rumah sakit, tetapi akan terus berlanjut ke Disdukcapil Kota Medan. Mereka bertekad untuk memastikan bahwa Mey dan keluarganya dapat memperoleh identitas kependudukan yang seharusnya mereka miliki.
Meskipun ada tuduhan miring yang ditujukan kepada yayasan tersebut, Uba Pasaribu tidak terpengaruh dan tetap berfokus pada misi mereka untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Mereka berharap dapat membangun kolaborasi yang lebih baik dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam meningkatkan pelayanan publik dan mendukung masyarakat yang membutuhkan. (RS)