Oleh : Jodis Simanullang
Keberhasilan suatu pendidikan sangatlah ditentukan pada proses pembelajaran, dimana pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, apakah terdapat transformasi ataupun perubahan yang dialami oleh peserta didik. Disamping itu juga, perlu diketahui apakah perubahan yang dialami oleh peserta didik merupakan suatu kemajuan atau justru kemunduran. Ketika suatu metode belajar tertentu yang sedang diterapakan dirubah ke metode belajar baru, terdapat dua kategori yang perlu ditinjau dari perubahan tersebut yakni, apakah siswa semakin antusias pada kegiatan pembelajaran atau justru siswa semakin tidak bersemangat dikarenakan metode belajar yang baru diterapkan tersebut kurang cocok pada dirinya sendiri.
Tujuan pendidikan yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan dari suatu proses pembelajaran bagi siswa, apakah siswa mengalami perubahan yang positif dengan pengembangan kapasitasnya. Berilmu berarti siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam mengembangkan kapsitas dirinya melalui pengetahuan yang kaya, yang diperoleh baik dari sekolah maupun diluar sekolah.
Di era perkembangan dan kemajuan yang semakin pesat ini, begitu banyak sumber dan gaya belajar yang dapat diterapkan oleh tenaga pengajar untuk meningkatkan minat belajar dan antusias dari para siswa. Namun, meskipun demikian sistem pembelajaran pada saat ini masih kerap ditemukan kasus dimana siswa hanya akan duduk mendengarkan guru menyampaikan materi pembelajaran dan hanya mengikuti pada apa yang disampaikan oleh guru tanpa mengerti apa yang disampaikan oleh guru tersebut.
Dari hasil assesment yang dilakukan oleh penulis dalam kegiatan praktik kerja lapangan satu yang berkolaborasi dengan program kampus mengajar mitra USU, tepatnya di UPT SDN 064960, Sari Rejo, Medan Polonia, ditemukan kasus dimana siswa belum bisa membaca dengan baik. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya partisipasi dan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Didasarkan pada kasus diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran partsisipatif untuk melibatkan peran serta dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran partisipatif mengandung arti ikut sertanya peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.Penerapan metode belajar partisipatif ini diterapakan bagi siswa kelas satu dan dua yang belum bisa mengenal huruf secara fasih, membaca serta menulis. Siswa yang telah dipilih untuk mengikuti kelas membaca ini akan digabung dalam satu kelas belajar. Tujuan kegiatan ini adalah agar siswa yang belum bisa membaca dan menulis akan memiliki perasaan yang sama dengan temannya yang bergabung dalam kelas membaca tanpa harus merasa kurang mampu dibandingkan dengan temannya yang lain. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas siswa agar bisa membaca dengan baik.
Dalam memudahkan penulis untuk menjalankan kegiatan praktik kerja lapangan ini, penulis menggunakan metode pekerjaan sosial pada level intervensi mezzo dengan pendekatan groupwork, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal sebelum melakukan intervensi. Dalam tahapan ini peneliti menyampaikan surat perintah tugas kepada pimpinan sekolah untuk mendapatkan ijin pelaksanaan praktik. Setelah itu, peneliti melakukan pendekatan dengan siswa untuk menjalin kedekatan antara peneliti dengan siswa.
2. Assesment
Dalam tahapan ini, peneliti melakukan assesment mendalam yang bertujuan untuk menggali informasi terkait dengan permasalahan yang dialami oleh siswai.SDN 064960. Dari kegiatan assesment yang dilakukan, ditemukan sebanyak empat puluh satu siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Terdapat berbagai kasus dimana beberapa siswa sama sekali belum bisa mengenal huruf dan tidak mampu membedakan antara beberapa huruf yang memiliki bentuk yang sama dengan baik, beberapa siswa belum bisa mengeja, dan kasus lainnya siswa mampu mengeja namun tidak mampu menggabungkan ejaan yang dibaca untuk menjadi sebuah kata yang lengkap. Dari hasil assesment yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa sebab yang menjadi dasar bagi siswa/i tersebut belum memiliki kemampuan membaca dengan baik, diantaranya :
– Pada saat pembelajaran bersama dengan guru, beberapa siswa/i tidak mendengarkan dan memperhatikan gurunya, namun justru cenderung melakukan kegiatan lain, seperti bermain, ribut dengan temannya yang lain, dan melakukan kegiatan lain yang mengakibatkan dirinya tidak ampu memahami pembelajaran.
– Akibat terdapat siswa/i yang ribut, bebrapa siswa/i lainnya tidak mampu memfokuskan konsentrasinya dengan baik untuk menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
– Beberapa siswa/i tidak memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan cenderung merasa bosan dan jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Menyusun rencana
Setelah permasalahan ditemukan melalui proses assement, selanjutnya peneliti bersama-sama dengan siswa/i melakukan perencanaan terkait dengan cara apa yang dapat dilakukan untuk menyesaikan permasalahan tersebut. Adapun cara yang telah ditentukan bersama ialah dengan mengadakan kelas membaca terhadap siswa/i yang belum bisa membaca dan menulis. Kegiatan ini dilakukan secara terpisah dengan siswa/i yang telah bisa membaca dengan menerapakan metode belajar partisipatif, yaitu melibatkan siswa/i secara penuh dalam pembelajaran.
4. Pemformulasian rencana
Dari rencana-rencana yang telah ditemukan pada tahap sebelumya, maka perlu adanya pemformulasian terhadap rencana-rencana tersebut, dimana hal ini bertujuan untuk memilih cara yang lebih tepat dan paling cocok untuk dilakukan dalam menyelsaikan masalah. Agar suasana belajar lebih kondusif, maka ditentukan bahwa siswa/i yang akan mengikuti kelas membaca dengan metode partisipatif ini akan dibagi kedalam dua kelas dan dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu kelas pertama pada hari senin dan kelas kedua pada hari rabu.
5. Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan program kelas membaca dengan metode partisipatif ini diawali dengan pengenalan huruf. Hal ini bertujuan agar siswa/i terlebih dahulu paham dan mengenal huruf dengan baik. Pengenalan huruf dilakukan dengan mengajarkan sebuah lagu, dimana lirik lagu tersebut berisikan susunan huruf atau abjad. Guna meningkatkan partisipasi dari siswa/i, peneliti melakukan kegiatan menyusun huruf dengan menggunakan media huruf dan ditempel ke papan tempel. Peneliti mengarahkan siswa/i untuk menyusun huruf-huruf yang telah di acak diatas meja dan selanjutnya siswa/i akan maju kedepan dan memilih satu huruf sesuai urutan abjad secara satu persatu. Setiap siswa/i yang berhasil menempel huruf secara berurutan ke papan tempel akan diapresisai dengan memberikan tepuk tangan oleh seluruh partisipan yang ada dalam kelas.
Kemudian dalam melatih membaca pada siswa/i, peneliti membentuk beberapa kata yang terdiri dari empat huruf dari media huruf ke papan tempel. Diawali dengan kata-kata yang gampang terlebih dahulu, siswa/i diajak untuk mengeja bersama setiap huruf yang telah ditempel huingga membentuk sebuah kata. Selanjutnya peneliti melibatkan siswa/i dengan meminta siswa untuk membuat kembali susunan huruf dari setiap kata yang telah ditempel dan dipelajari sebelumnya. Dengan keaktifan dari siswa/i yang dapat terlihat pada proses pembelajaran, mereka berhasil menyusun kembali huruf demi huruf hingga membentuk beberapa kata yang diminta oleh peneliti.
6. Monitoring/evaluasi
Kegiatan evaluasi dan monitoring ini dilakukan sebulan sebelum penugasan berakhir. Kegiatan evaluasi dan monitoring dilakukan dengan cara siswa/i diminta untuk membaca sebuah teks cerita secara bergantian. Dari hasil evaluasi ini diketahui bahwa enam belas siswa telah mampu membaca dengan lancar, delapan belas siswa telah mampu mengeja huruf dan tinggal pemperlancar teknik membaca. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa metode belajar partisipatif dalam kelas membaca bagi siswa/i kelas satu dan dua telah mencapai goals yang ditentukan sebelumnya dalam program ini, yaitu meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.
7. Terminasi
Sebagai tahap akhir dari program ini, peneliti melakukan pemutusan hubungan dengan siswa sebagai klien. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berdiri sendiri untuk meningkatkan kemampuan membacanya tanpa adanya rasa ketergantungan dengan peneliti.