Triknews.co-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan temuan COVID varian XE di Inggris. Varian ini diyakini sebagai rekombinan sub varian Omicron BA.1 dan BA.2.
COVID varian XE disebut sebagai strain yang lebih kuat dibandingkan varian-varian COVID-19 lainnya. Bahkan, diperkirakan 10 persen lebih menular dibandingkan sub varian Omicron BA.2.
“Perkiraan awal menunjukkan varian baru ini 10 persen lebih menular dibandingkan BA.2 Namun bagaimana pun, temuan ini masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut,” beber WHO, dikutip dari NDTV News, Senin (4/4/2022).
COVID Varian XE Pertama Kali Dideteksi
Badan Kesehatan Inggris mengungkapkan COVID varian XE pertama kali dideteksi pada 19 Januari, dengan total 637 kasus. Sementara itu, subvarian Omicron BA.2 diketahui menyebar dengan cepat di banyak negara.
Gejala COVID Varian XE
Dikutip dari The Economic Times, COVID varian XE tak terpantau memicu gejala yang lebih parah, namun lebih menular. Adapun beberapa gejala awal infeksi COVID varian XE sejauh ini, seperti:
Sakit kepala
Sakit tenggorokan
Nyeri otot
Demam
Gejala paling umum dari infeksi virus Corona, seperti hilangnya kemampuan mencium dan mengecap rasa jarang ditemukan pada pasien COVID-19 varian Omicron. Mengingat varian XE merupakan rekombinan dari Omicron (BA.1) dan sub varian Omicron (BA.2).
Di samping itu, terdapat laporan gejala gastrointestinal pada pasien COVID-19 varian Omicron seperti diare, mual, muntah, dan sakit perut.
COVID Varian XE Sudah Ditemukan di Beberapa Negara
Selain di Inggris, pemerintah Thailand juga melaporkan kasus pertama COVID varian XE pada Sabtu (2/4/2022). Kasus tersebut diungkapkan langsung oleh Ketua Komisi Kesehatan Masyarakat Chalermachai Boonyaleephan berdasarkan hasil laporan dari Pusat Genomik Medis Rumah Sakit Ramathibodi.
Saat ini, pasien COVID varian XE itu dikabarkan hanya mengalami gejala ringan dan kondisinya berangsur membaik.
Namun Chalermchai memperkirakan COVID varian XE itu akan cepat menyebar ke seluruh penjuru Thailand.
Pihaknya juga tengah memantau tingkat keparahan dan resistensi COVID varian XE terhadap vaksin, serta memantau kemungkinan varian tersebut akan menggantikan Omicron BA.2 sebagai strain dominan.
“Jika virus ini menyebar lebih cepat dari BA.2, kasus COVID-19 di Thailand pada gelombang keempat akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai puncak kasus,” ungkap Chalermchai dikutip dari Inquirer, Senin (4/4/2022).
Chalermchai mengatakan, WHO akan mendeklarasikan nama COVID varian XE sebagai sebutan ‘Pi’ jika varian tersebut menunjukkan perubahan signifikan, seperti penyebaran virus, tingkat keparahan, dan resistensi terhadap vaksin.
“Menurut perkiraan awal, Omicron XE menyebar 43 persen lebih cepat dari varian aslinya dan 10 persen lebih cepat dari subvarian BA.2,” katanya.
Tanggapan Pakar soal COVID Varian XE
Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Griffith Australia University, penularan Omicron BA.2 saja sudah empat kali lipat dari COVID-19 varian Delta. Hal inilah yang kemudian menurutnya harus diwaspadai.
“Yang kita tahu Omicron subvarian BA.2 ini menyebabkan situasi perburukan yang serius di China, Taiwan, Hong Kong, dengan juga jumlah kematian yang relatif tinggi terutama pada kelompok masyarakat yang belum divaksinasi booster atau mengalami penurunan imunitas vaksinasi dosis kedua,” ungkap Dicky kepada detikcom Senin (4/4/2022).
“Kalau varian XE 10 persen lebih cepat dari BA.2 omicron, ini jauh lebih cepat lagi dibanding waktu delta, karena omicron BA.2 saja itu empat kali lebih cepat dari delta penyebarannya,” lanjut dia.
Dicky mengungkapkan, COVID varian XE tak lepas dari euforia banyak negara yang ramai-ramai melonggarkan aturan pembatasan COVID-19 hingga protokol kesehatan, seperti lepas masker.
Bahkan ia juga memprediksi varian rekombinan semacam ini bakal terus bermunculan, sehingga masyarakat memungkinkan wajib booster secara berkala.
“Sekali lagi ini membuktikan bahwa di tengah euforia dunia ada pandemi covid-19 ini mengingatkan kita kembali kalau kita tidak boleh abai tidak boleh longgar yang tak terkendali,” terang Dicky.
“Kecenderungan ke depan penyakit COVID-19 akan muncul banyak varian rekombinan yang lebih cepat menular dan dominan infeksi di saluran napas atas. Masker penting dan vaksin tetap efektif, meskipun pada kelompok rawan dibutuhkan vaksinasi berkala,” pungkas dia.(detik)