Dumai – Jadi seperti cerita konyol ketika sedang maraknya usaha gelanggang permainan ketangkasan mesin ikan ikan, berita antar media pun akhirnya saling menghantam.
Seperti jeruk makan jeruk, namun bedanya awak media yang menaikan berita yang memberitakan tentang gelper seolah seperti kurang puas dengan imbalan yang sudah diterimanya, sehinga berupaya menaikan berita dengan seasion kedua dengan harapan akan dapat imbalan yang kebih besar lagi. Menyimak dari pemberitaan yang diterbitkan oleh oknum wartawan yang diduga kurang puas dengan hasil yang diterima maka terbitlah seasion kedua.
Menarik untuk di telusuri kenapa oknum wartawan kerap mendatangi usaha permainan mesin ketangkasan dengan tujuan di duga untuk meminta uang ? Bahkan, kalau tidak di beri uang di terbitkan berita oleh oknum wartawan.
Padahal oknum wartawan yang mendatangi gelper di kota Dumai terpantau lebih dari 200 orang.Jadi tidak heran, bila ada 1-10 orang yang memberitakan gelper di antara 200 orang, karena tidak semua oknum wartawan dapat di penuhi keinginannya, apalagi oknum wartawan yang dari luar kota Dumai.
Kemudian, ada kisah nyata lagi, ketika 3 oknum wartawan dengan mengendarai mobil yang 2 orang adalah sepasang suami istri.Kejadian awal bulan ini, ketika pada pagi hari di buatlah berita pada satu media online berbasis di pulau Jawa tentang suatu tempat usaha gelper di Kota Dumai.Berita yang di terbitkan, di kirim ke WA rekan-rekannya. Maksudnya, agar berita yang terbit itu di kirim oleh rekannya ke pengurus gelper yang di beritakan. Hingga 5 jam berlalu berita itu tidak di respon, sementara waktu menjelang sore harus pulang ke rumah, mobil harus di isi BBM, karena oknum wartawan ini bukan berdomisili di Kota Dumai. Akhirnya, 3 oknum wartawan itu pulang kampung tidak membawa uang yang di harapkannya.Masih banyak lagi kisah dan berita yang terbit tentang gelper di Kota Dumai karena di duga tidak di beri uang berita di terbitkan.
Bahkan, seperti berita yang terbit tentang gelper di kota Dumai dengan menyebut ada oknum wartawan yang membeking usaha gelper adalah sentimen pribadi.Jangan gara-gara tidak di beri uang oleh usaha gelper timbul sentimen pribadi.
Keterangan dari seorang anggota gelper tersebut menyatakan,”kami sudah memberi uang untuk awak media yang memberitakan gelper kami ini,buktinya pun ada,” namun kendatipun sudah diberi apa yang diinginkan pemberitaan tempat usaha gelper kamipun tetap diberitakan, kesannya oknum awak media tersebut kurang puas atau seperti kurang banyak uang yang diterima, atau boleh dikatakan tamak ujar anggota tersebut ke awak media menuturkan.(28 juli 2021)
Kami sendiri selaku anggota yang bekerja digelper sampai hafal siapa siapa saja yang selalu suka berbahasa dengan kasar, menggertak dan nada mengancam dengan alasan akan di viralkan, akan dilaporkan padahal ujungnya berita senyap dan diuangkan,terang penjaga meja yang tak mau disebutkan namanya sedikit kesal.
Penelusuran di lapangan, banyak oknum wartawan di kota Dumai yang tidak suka dengan sosok yang di sebut-sebut katanya humaslah, pengurus gelperlah.Padahal, sosok ini tidak pernah mengaku sebagai humas atau pengurus gelper, karena sosok ini sadar dirinya seorang jurnalis yang mengerti tentang kode etik jurnalistik dan kode prilaku wartawan.(Diana)
—