BATUBARA | TrikNews.Co
Beratnya perekonomian di tengah pandemi COVID-19, tak menyurutkan langkah para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk eksis ke depan. Selain dituntut kegigihan dalam berwirausaha, juga harus kreatif dan inovatif dalam membuat dan memasarkan produk dihasilkan.
Hal inilah yang ditekuni UD.Sinar Baru asal Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara (Sumut) yang memproduksi minuman herbal merek “Joeli”. Sejak berdiri awal tahun 2021, “Joeli” sudah memproduksi dua produk unggulan, Kunyit Asam dan Bandrek Jahe.
Owner “Joeli” Bari didampingi istrinya Ayu Arimati mengatakan, membangun UKM di tengah COVID-19 merupakan salah satu tantangan yang harus dijalani.
“Sebenarnya usaha ini sudah dijalani sejak tahun 2020, namun karena harus mengikuti pengujian dan perizinan dari instansi terkait sehingga harus beredar awal Januari 2021,” kata Bari, dalam bincang-bincang bersama awak media TrikNews.Co, kemarin.
Ide usaha Bandrek Jahe dan Kunyit Asam, sambung Bari, tak lepas dari banyaknya bahan baku di desa-desa di Kabupaten Batubara. “Untuk bahan baku sendiri kami tidak kesulitan, semua ada di sekeliling kita. Yang penting kita mau bekerja,” kata Bari, sembari tersenyum.
Walaupun masih pemula di UKM, Lulusan Sarjana Ilmu Politik ini tak mau kalah dengan hal higienis. Kedua produknya bahkan sudah diuji di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (Baristand Industri Medan) serta mendapatkan izin PIRT Dinas Kesehatan (Dinkes) Batubara.
“Walaupun produk kita masih kecil, namun perizinan ini sangat penting dalam bidang usaha. Dengan adanya izin ini, produk Joeli semakin matang menembus pasar modern,” katanya.
Di Batubara sendiri, Bandrek Jahe dan Kunyit Asam “Joeli” kemasan botol 200 ml sudah menembus pasar-pasar tradisionil maupun warung-warung melalui sales-sales roda dua.
“Untuk 200 ml harga jual pasaran dua puluh lima ribu untuk takaran 4 hingga 5 gelas,” ujarnya.
Untuk rasa, “Joeli” berani jamin. “Silahkan dicoba sendiri….Yang pasti, harga sesuai rasa,” kata Ayu Armiati atau yang biasa dipanggil Joeli alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menimpali perbincangan.
Optimistis ini ternyata sudah diakui beberapa kafe resto diluar Batubara, seperti Jakarta, Batam, Tebing Tinggi dan Kota Medan. “Mereka-mereka yang pesan sebelumnya sudah menjual produk yang sama dengan merek yang berbeda. Mereka akui produk Batubara pedas Jahenya begitu terasa, termasuk juga kunyitnya,” katanya.
Untuk tahap awal, UD.Sinar Baru setiap harinya baru mampu memenuhi 20 kilogram atau 100 botol. Minimnya produksi tak lepas dari proses pengerjaan yang masih dilakukan manual.
“Keterbatasan modal, jika semua dikerjakan secara modern produksi bisa dikebut sesuai permintaan pasar,” ujarnya.
Kelak sambung Bari, UD.Sinar Baru akan memenuhi permintaan pasar untuk kemasan saset, namun tentunya hal ini kembali kependanaan karena untuk kebutuhan mesin saset mencapai puluhan juta rupiah.
“Untuk mesin saset butuh modal besar. Namun itu harus kita capai, karena pasarnya jelas,” ujar Bari, yang dalam waktu dekat akan meluncurkan produk Temu Lawak.
Selain memasarkan produk, UD.Sinar Baru juga mengedukasi warga desa untuk gemar menanam jahe, kunyit dan temu lawak. “Kita siapkan bibitnya, warga hanya memanfaatkan lahan pekarangan rumah dan hasilnya nanti kita beli kembali,” katanya.
Dengan begitu maka pihaknya secara tak langsung mengajak warga meningkatkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah dengan bercocok tanam bahan baku.
Bagi yang ingin merasakan kehangatan produk “Joeli” bisa menghubungi langsung via WhatsAap di 0851-5966-8171 atau email:ukm50batubara@gmail,com atau FB SinarBaru Joeli dan pesanan dikirim dengan aman hingga di tujuan. (Erick)